`Lifting`, ICP, serta rupiah ini sesuatu yang dalam pembahasan nanti dengan dewan akan didiskusikan kita harus realistis melihat bahwa ICP sudah jauh dari perkiraan kita
Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan asumsi harga minyak ICP dalam APBN yang saat ini ditetapkan 80 dolar AS per barel bisa direvisi hingga 90-95 dolar AS per barel.

"Tentu saja kalau perbedaan sudah begitu jauh dengan asumsi makro kita, kita sendiri pemerintah sudah meng-`exercise` ICP kita 90-95 dolar AS per barel kemudian `exercise` yang untuk 2012 juga sudah," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan asumsi makro tersebut bisa berubah mengikuti perkembangan situasi global saat ini, dimana harga minyak dunia sudah fluktuatif mencapai angka 113 dolar AS per barel.

"`Lifting`, ICP, serta rupiah ini sesuatu yang dalam pembahasan nanti dengan dewan akan didiskusikan kita harus realistis melihat bahwa ICP sudah jauh dari perkiraan kita," ucapnya.

Hatta mengatakan walau harga minyak naik namun penerimaan Indonesia meningkat karena sektor gas memberikan kontribusi signifikan.

Namun, ia menambahkan, pendapatan tersebut tidak dapat digunakan untuk pembiayaan sektor-sektor produktif seperti infrastruktur karena terpakai untuk subsidi.

Ia juga menjelaskan "lifting" minyak akan direvisi karena diperkirakan tidak akan mencapai target rata-rata tahunan sebesar 970.000 barel per hari.

"`Lifting` tampaknya meleset. Saya masih belum berani dan belum mau mengatakan ini sebelum ada usulan kongkrit dari BP migas dan Kementerian ESDM karena saya meminta mereka optimal dulu bekerja," ujarnya.

Ia mengharapkan apabila target "lifting" meleset, tidak jauh dari asumsi yang telah ditetapkan maksimal sebesar 5-10 ribu barel per hari.

"Saya tidak mengharapkan melesetnya jauh, kalau meleset 5 ribu -10 ribu itu maksimumlah antara `range` itu, 970 ribu kalau meleset 5 ribu kan 965 ribu kalau meleset 10 ribu kan 960 ribu," papar Hatta.

Sebelumnya, pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pemerintah akan terus memantau situasi di Libya karena kondisi situasi sosial politik di negara tersebut, hingga saat ini tidak kunjung membaik dan dampaknya menganggu kestabilan harga minyak dunia.

"Yang di Libya ini sebenarnya sementara (temporary). Bahwa itu menjadi lama, itu di luar perkiraan kita, jadi kita pantau terus," ujarnya.

Bambang memastikan perkembangan situasi global yang belum membaik ini akan membuat pemerintah segera melakukan revisi pada harga ICP minyak dalam asumsi makro APBN 2011 dua tiga bulan mendatang.
(S034/C004)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011