"Telah terjadi erupsi Gunung Ili Lewotolok, Nusa Tenggara Timur pada 22 November 202 dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Ili Lewotolok Stanis Ara Kian dari Lembata, Senin.
Berdasarkan laporan, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dari puncak gunung dengan ketinggian 3.423 meter di atas permukaan laut itu.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 35.5 mm dan durasi kurang lebih dua menit 16 detik," ujarnya.
Erupsi masih berlanjut berupa embusan asap tebal kehitaman secara terus-menerus.
Baca juga: Warga di kaki gunung Ili Lewotolok diimbau waspadai lahar dingin
Saat ini, aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi, masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok dan pengunjung, pendaki, dan wisatawan agar tidak berada tempat itu dan tidak melakukan pendakian.
Pihaknya juga mengeluarkan rekomendasi terkait dengan erupsi itu, mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya. Masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok agar menyiapkan masker untuk penutup hidung dan mulut, maupun perlengkapan lain guna melindungi mata dan kulit.
Ia menjelaskan mengingat abu vulkanik hingga saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling gunung itu maka masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang airnya berhulu di puncak gunung tersebut agar mewaspadai ancaman banjir lahar hujan.
"Seluruh masyarakat maupun instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan status maupun rekomendasi Gunung Ili Lewotolok setiap saat melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Play. Para pemangku kepentingan di sektor penerbangan dapat mengakses fitur VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation)," tambah dia.
Baca juga: Muncul tembusan lava baru di puncak Gunung Ili Lewotolok
Baca juga: Hujan pasir akibat erupsi Gunung Ili Lewotolok terjadi di lima desa
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021