Abidjan (ANTARA News) - Helikopter PBB dan Prancis, Ahad (11/4), melepaskan tembakan ke kediaman resmi presiden Pantai Gading di Abidjan, kota terbesar di Pantai Gading, kata warga setempat.
Serangan udara tersebut dilancarkan sehari setelah pasukan yang setia kepada presiden petahana (incumbent) Laurent Gbagbo menyerang Golf Hotel, markas pesaing Gbagbo dalam pemilihan presiden, Alassane Ouattara, demikian Xinhua-OANA melaporkan.
Ouattara diakui masyarakat internasional dan tampil sebagai kepala negara di Pantai Gading di televisi pekan lalu guna menginstruksikan pemulihan keamanan di negeri tersebut.
Gbagbo, yang telah berlindung di satu tempat perlindungan bawah tanah sejak sepekan sebelumnya, tampaknya meningkatkan perlawanan. Ia pada Jumat menguasai stasiun televisi negara dan membom hotel tempat Ouattara kini tinggal pada hari berikutnya.
Misi pemelihara perdamaian PBB di Pantai Gading (ONUCI), Ahad, mengkonfirmasi serangan tersebut oleh helikopternya, dan mengatakan serangan itu ditujukan "untuk menetralkan" senjata berat Gbagbo.
Beberapa sumber mengakui bahwa sebagian serangan udara tersebut merusak kediaman resmi presiden, tempat Gbagbo tinggal. Sumber itu mengulangi tuduhan Prancis memihak pemberontak dalam perang saudara 2002-2003 dan kini berusaha membunuh dia lagi dalam kudeta lain.
ONUCI dan Prancis mengerahkan helikopter serang pada Senin guna meningkatan serang terhadap Pasukan Republik, yang pro-Ouattara terhadap kubu terakhir Gbagbo, termasuk kediamannya di wilayah Cocody, Abidjan.
Dengan melancarkan serangan udara, Pasukan Republik menembus garis pertahanan dan mendekati "pertempuran terakhir" mereka setelah terhuyung-huyung selama beberapa saat akibat perlawanan sengit dari sebanyak 1.000 prajurit pro-Gbagbo. Pasukan pro-Gbagbo dilaporkan mempersenjatai diri dengan senjata artileri, kendaraan lapis baja dan senjata berat lain.
ONUCI dan pasukan Prancis menyatakan mereka bertindak untuk menerapkan resolusi PBB 1975, yang baru disahkan.
Ouattara mengumumkan blokade di sekitar kediaman Gbagbo setelah tentaranya berusaha melancarkan serangan lagi pada Rabu, tapi gagal merebutnya.
Dalam pidato pertama yang disiarkan melalui televisi kepada rakyat negeri tersebut, presiden yang diakui masyarakat internasional itu juga menyampaikan berbagai tindakan pasca-Gbagbo, termasuk disiplin, ketenangan, keamanan, keamanan dan bantuan kemanusiaan di Abidjan.
Pasukan Republik melancarkan serangan militer pekan sebelumnya, dengan melakukan pembersihan ke selatan guna merebut sejumlah kota kecil sebelum memasuki Abidjan.
Perang tersebut, yang dipicu oleh pertikaian dalam pemilihan presiden pada 28 November, adalah yang kedua sejak 2002. Saat itu negeri tersebut terpecah jadi wilayah selatan, yang dikuasai Gbagbo, dan utara --yang dikuasai oleh mantan kelompok pemberontak Pasukan Baru, tulang punggung Pasukan Republik, yang baru dibentuk.
Dalam perang saudara baru mereka, kedua pihak dianggap bertanggung jawab karena membunuh warga sipil. (C003/A011/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011