Tripoli, 11/4 (ANTARA News) - Pemerintah Libya pimpinan Muamar Gaddafi telah menerima rencana perdamaian Uni Afrika yang dirancang untuk mengakhiri konllik sekarang ini, kata Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma dari Tripoli, Ahad, demikian AFP dan Reuters melaporkan.
Delegasi Gaddafi menerima usul Uni Afrika (AU), yang perinciannya akan dikemukakan dalam satu pernyataan kemudian, Zuma menambahkan.
Meskipun ia akan meninggalkan Libya Ahad malam, anggota lain delegasi Uni Afrika akan tinggal di Tripoli semalam sebelum melakukan perjalanan ke barat, ke Benghazi --yang dikuasai pemberontak, ia menjelaskan.
Di sana (Benghazi), para pemimpin itu akan menyampaikan rencana AU itu, yang mencakup gencatan senjata, kepada para pemimpin oposisi.
Tak seorang pemimpin pun pada pembicaraan itu memberikan perincian mengenai apa yang dimuat dalam peta jalan tersebut. Sejauh ini, para pemimpin oposisi pemberontak menolak rencana gencatan senjata yang termasuk membiarkan Gaddafi atau anak laki-lakinya berkuasa.
Selain Zuma, delegasi AU itu mencakup tiga pemimpin lain Afrika: Amadou Toumani Toure dari Mali, Mohamed Ould Abdel Aziz dari Mauritania dan Denis Sassaou Nguesso dari Kongo.
Menteri Luar Negeri Uganda Henry Oryem Okello, yang mewakili Presiden Yoweri Museveni, melengkapi tim Uni Afrika itu.
Ahad pagi, para penengah Uni Afrika itu ikut Muamar Gaddafi memenuhi permintaan foto di luar tenda Baduinya di kompleknya Bab al-Aziziya di ibukota Tripoli.
Zuma, yang bersama timnya bertemu dengan Gaddafi selama beberapa jam di kompleks tempat tinggalnya itu, juga minta kepada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menghentikan serangan udara terhadap sasaran-saran pemerintah Libya guna "memberi gencatan senjata kesempatan".
"Saya memiliki beberapa komitmen yang memaksa saya untuk berangkat sekarang, tapi kami telah menyelesaikan misi kami dengan saudara pemimpin itu (Gaddafi)," kata Zuma setelah pembicaraan itu.
"Delegasi saudara pemimpin itu telah menerima peta jalan seperti yang telah kami sampaikan. Kita harus memberi gencatan senjata, kesempatan," ujarnya.
"Delegasi itu ... akan bekerja besok untuk menemui pihak lainnya, untuk berbicara pada semua orang dan menyampaikan solusi politik bagi krisis di Libya." (S008/C003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011