Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi menjadi kunci penting dalam memperkuat industri animasi yang masih berkembang di Indonesia, kata sutradara film animasi "Nussa" Bony Wirasmono.
"Nussa", peraih penghargaan Animasi Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia 2021, adalah karya kolaborasi dari studio animasi The Little Giantz dan rumah produksi Visinema Pictures yang digarap selama sekitar 2,5 tahun dan melibatkan 130 orang.
"Kami berkolaborasi dengan Visinema dan studio partner lain dan itu merupakan win win solution untuk industri," kata Bony dalam bincang-bincang di Animasi Cikini (Animakini) 2021, Sabtu.
Bony menuturkan, kolaborasi terjadi karena kedua pihak memiliki visi dan misi yang sama. Selain bersama-sama menggarap cerita, rumah produksi Visinema mendukung untuk urusan pemasaran hingga distribusi. Dia berharap ke depannya para pembuat Intellectual Property bisa menggaet banyak pihak dan berkolaborasi agar karyanya bisa berkembang dan menjangkau lebih banyak orang.
Bony punya harapan industri animasi tumbuh secara merata di Indonesia, bukan cuma di kota-kota besar atau studio-studio yang sudah punya nama. Sebab, dia meyakini setiap orang memiliki potensi yang bisa membuat industri animasi di Indonesia berjaya.
Baca juga: Yura Yunita isi lagu tema film "Nussa"
Baca juga: Film "Nussa" tawarkan relevansi cerita untuk semua kalangan
Tahun ini, Festival Film Indonesia untuk pertama kalinya membuat kategori Animasi Panjang Terbaik yang dimenangi oleh "Nussa". Apresiasi tersebut merupakan tonggak sejarah yang perlu dibarengi dengan semangat berkarya para animator.
"Jangan sampai ketika sudah difasilitasi, kita jadi kendor. Saya ingin ajak semua untuk berkarya dan membuktikan yang terbaik," kata dia.
Namun penghargaan bukan jadi tujuan utama dalam berkarya. Bony menuturkan, dia dan rekan-rekannya sama sekali tidak menargetkan atau berpikir akan mendapatkan penghargaan bergengsi itu. Niat awalnya hanyalah membuat karya yang terbaik sesuai kemampuan. Penghargaan adalah bonus. Pada 2019, "Nussa" juga menyabet penghargaan Animasi Pendek Terbaik di Festival Film Indonesia.
Sebelum tayang sebagai film panjang di bioskop, "Nussa" dimulai sebagai serial animasi yang tayang di kanal YouTube, lalu hadir di jaringan dan stasiun televisi. Perubahan durasi dari serial pendek menjadi film panjang menyimpan tantangan tersendiri untuk sang sutradara.
"Jelas beda dari teknis dan penulisan cerita," katanya.
Untuk serial yang durasinya lebih pendek, tujuan utama adalah membuat anak-anak bisa menikmati ceritanya dari menit pertama hingga terakhir. Tantangan itu lebih berat ketika durasi lebih panjang karena mereka harus memastikan penonton anak-anak, yang umumnya cepat bosan, merasa senang menontonnya hingga cerita berakhir.
"Ada pendalaman cerita dan mengatur alurnya biar penonton tidak bosan," ujar dia.
Kendala lain yang dialami adalah bekerja di tengah pandemi COVID-19. Pada situasi normal, pekerjaan-pekerjaan dikerjakan di studio dengan peralatan dan fasilitas pendukung yang mumpuni. Ketika harus dikerjakan dari rumah, ada hambatan-hambatan teknis yang harus dihadapi karena tidak semua sarana di kantor bisa tergantikan di rumah.
Baca juga: Tiket penayangan spesial film "Nussa" laris manis
Walau telah membawa pulang penghargaan bergengsi, Bony tidak serta merta merasa puas dengan pencapaian ini. Sebagai seniman, ada dahaga untuk terus membuat karya yang lebih baik lagi. Setelah beberapa kali menonton "Nussa", Bony masih menangkap hal-hal yang masih bisa disempurnakan namun terkendala waktu dan biaya. Sebagai gantinya, dia bertekad akan mengimplementasikan ide-ide yang belum tergarap di film "Nussa" dalam karya selanjutnya.
Bincang-bincang bersama Bony merupakan bagian dari acara tahunan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Insitut Kesenian Jakarta (IKJ). Pada tahun ini Animakini mengangkat tema “Eksplorasi dan Kolaborasi” yang berlangsung secara virtual selama November 2021.
Luma tahun penyelenggaraan Animakini pada periode 2017-2021 banyak memberikan catatan menggembirakan dalam memberikan ruang tayang terhadap perkembangan animasi Indonesia baik dari segi prestasi di pendidikan, dan sumber daya manusia di bidang animasi secara personal maupun sebagai sebuah industri produk Intelectual Property maupun jasa animasi, serta distribusinya.
Dekan FSRD IKJ Anindyo Widito mengungkapkan, Animakini menjadi penghubung antara kreator dengan pemirsanya melalui seminar akademik terkait dengan riset dan kajian penelitian terkait animasi, motion dan desain, kemudian seminar industri menampilkan perkembangan dari studio-studio animasi yang menampilkan karya-karya terbarunya. Acara gelar wicara memberikan ruang berbagi bagi kreator, tokoh inspiratif berprestasi untuk berbagi pengalaman dalam proses berkarya, kemudian ada kompetisi dan nonton bareng karya animasi pelajar dan mahasiswa untuk menggerakkan motivasi mereka dalam berkarya dan berapresiasi. Begitu juga kolaborasi kerja antar kampus, dan studio animasi untuk menghasilkan karya animasi mulai terlihat.
Di masa pandemi ini di media televisi banyak bermunculan iklan-iklan keren yang menggunakan teknik animasi karya kreator studio-studio animasi dalam negeri. Dalam perkembangan penayangan animasi Indonesia di kanal Youtube dan Over The Top (OTT) mulai beragam karya animasi ditayangkan. Tahun ini animasi mendapatkan dua kategori di pagelaran Festival Film Indonesia (FFI), yaitu Animasi Pendek dan Animasi Panjang, yang memberikan peluang karya animasi Indonesia semakin diapresiasi masyarakat.
Pada pemutaran "Nussa" pada Juni 2021, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi kerja keras pelaku ekonomi kreatif nasional, khususnya di subsektor film yang tetap produktif dan kreatif berkarya meski di tengah pandemi. Sandiaga mengatakan, kolaborasi merupakan salah satu faktor yang harus dapat dilakukan insan kreatif tanah air guna meningkatkan potensi dan peluang.
Baca juga: Mau kembangkan Intellectual Property? Ini kiat dari sutradara "Nussa"
Baca juga: Soundtrack film "Nussa" raih piala AMI 2021
Baca juga: Anies Baswedan puji film animasi "Nussa"
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021