Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid menyatakan, PKB tidak boleh menghamba kekuasaan, tapi harus kembali kepada jatidiri partai untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.
"Uang dan kekuasaan itu tidak menjamin eksistensi partai," kata Yenny saat pembukaan Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) PKB Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid-almarhum) yang dihadiri 33 Dewan Pengurus Wilayah di kantor DPP PKB Gus Dur, Kalibata, Jakarta, Sabtu.
Dikatakannya, partai-partai yang besar di era Orde Baru, ternyata jatuh di era reformasi. Parpol yang berkuasa ternyata turun drastis perolehan suaranya di Pemilu.
"Dengan demikian, kita harus akhiri politik transaksional," kata Yenny seraya menyatakan PKB Gus Dur siap mengikuti Pemilu 2014.
Pembukaan Muspimnas PKB Gus Dur dihadiri juga oleh mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi yang saat ini lebih aktif sebagai Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS).
Saat diberi kesempatan berbicara, Hasyim menuturkan,
Gus Dur mendirikan PKB dengan tiga pemikiran besar, yaitu pemikiran keagamaan, integrasi kebangsaan dan politik.
"Itulah yang harus dikembangkan dan diimplementasikan dalam kondisi politik yang sudah sampai pada titik `Masya Allah` sekarang ini, yaitu menghalalkan segala cara," katanya.
Hasyim menilai perlu dilakukan normalisasi demokrasi di Indonesia karena saat ini demokrasi telah menjadi industri yang diwarnai jual beli politik, tidak lagi melindungi, mengadvokasi, dan menyejahterakan rakyat, sebaliknya menzalimi dan menindas rakyat.
"Perlu dilakukan normalisasi demokrasi Indonesia. Sehingga, yang harus dinormalisasi itu bukan saja PSSI, tapi juga PKB dan demokrasi bangsa ini," katanya.
Pada bagian lain Hasyim mengatakan, pihak-pihak yang menyatakan diri sebagai pelanjut perjuangan politik Gus Dur hendaknya memahami orientasi perjuangan, disiplin dan pegangan politik Gus Dur.
"Gus Dur itu besar karena memiliki pemikiran yang besar sebagai reformis kologial, sebagai pendobrak dan mandiri," katanya.
Selain itu, lanjutnya, Gus Dur siap "terbakar", siap mengalah, dan siap berkorban untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara yang lebih besar. Sementara tidak sedikit tokoh yang hanya siap "membakar" dan merusak rakyatnya.
Menurut Hasyim, ada kelompok orang yang mengerti pemikiran Gus Dur, mengamalkan, serta mengembangkannya.
Tapi, ada juga kelompok yang hanya menikmati kebesaran Gus Dur, namun tidak sebangun dengan visi Gus Dur, bahkan melawan Gus Dur melalui tangan orang lain. (*)
(T.S024/A035)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011