Solo (ANTARA News) - Penari berasal dari Kota Solo, Jawa Tengah, Mugi, menyiapkan pentas tunggal selama sekitar 36 jam tanpa berhenti pada puncak hari ulang tahun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta, 18 April 2011.
"Saya akan membawakan karya seni tari di TMII Jakarta dengan mengusung `Bima Suci`. Tari kontemporer dengan akar tari Jawa yang kuat, bakal diiringi oleh gamelan `Corobalen` serta gamelan kontemporer garapan Dedek Wahyudi," kata Mugi didampingi Dedek di sela latiahn di Wisma Seni Taman Budaya Surakarta (TBS), di Solo, Sabtu.
Ia menyebut suguhan tarian itu sebagai suatu ruwatan untuk Indonesia.
"Ibarat dalang, apa yang disuguhkan dalam sajian ini adalah ruwatan untuk negeri, dan negeri ini, menurut mereka, kondisinya sudah tidak normal, sehingga perlu diruwat," katanya.
Karya tarian itu akan dipentaskan di TMII Jakarta mulai 18 Aprul 2011 pukul 10.00 WIB hingga 19 April 2011 pukul 22.36 WIB.
Ia menjelaskan, tentang pemilihan gamelan "Corobalen" dan tarian "Bima Suci" pada pementasan itu.
"Karena keduanya merupakan karya besar seniman di masa lampau. `Corobalen` berasal dari zaman Kerajaan Jenggala, sedangkan `Bima Suci` merupakan lakon karya pujangga besar asal Solo, Yosodipuro," katanya.
Hampir semua tariannya, katanya, merupakan karya yang mengambil kearifan dan spirit masa lalu yang kemudian diaktualisasikan dengan kondisi saat ini.
"Jika tidak, budaya Indonesia justru akan mati," katanya.
Beberapa waktu lalu ia juga menyuguhkan karyanya berjudul "Srimpi Neyeng" yang inti pesannya agar bangsa Indonesia melestarikan kebudayaannya agar tidak hilang atau bahkan diambil oleh pihak lain.
Ia menjelaskan, lakon "Bima Suci" tentang pencarian jati diri berupa perjalanan Bima mencari air Perwita Suci atas petunjuk gurunya, Durna.
Perjalanannya, katanya, menghadapi banyak rintangan dan bahaya yang besar antara lain melalui perang melawan dua raksasa sakti dan bertempur melawan ular naga cukup besar.
Kekuatan dan tekad Bima, katanya, mengalahkan segala rintangan itu sehingga ia memperoleh air suci tersebut.
Ia mengaku, sajian tari selama 1,5 hari itu tak hanya menguji kemampuan fisiknya tetapi juga menyuguhkan karya berkualitas.
Ia mengaku, pentas itu sebagai ujian atas kepiawaian menari, mendalang wayang kulit, tembang Jawa, improvisasi karya, dan kemampuan merespons panggung.
Sebanyak 36 pemusik gamelan "Corobalen" akan mengiringi pentas tersebut, sedangkan empat pemusik secara khusus menggarap iringan itu.
Selama pentas itu, katanya, ditampilkan pula sebanyak 36 seniman dan tokoh masyarakat membawakan karya mereka seperti puisi, mendampinginya menyuguhkan tarian tersebut.
Pada Februari 2011, Mugi sukses pentas tari "Memori Shinta" di India.(*)
(U.J005/M029)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011