Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan pentingnya sinergi dan kolaborasi triple helix berkelanjutan untuk menghasilkan invensi dan inovasi untuk pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia.
"Sinergi dan kolaborasi triple helix ini harus diimplementasikan ke dalam sistem inovasi yang didasarkan pada filosofi dasar dan prinsip untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional," kata Suharso dalam Pembukaan FKRI 2021 dalam jaringan di Jakarta, Jumat.
Kolaborasi triple helix mencakup sinergi antara pemerintah selaku pengambil kebijakan, para akademisi atau periset dan industri.
Baca juga: Bappenas tingkatkan keamanan siber lembaga
Suharso menuturkan sinergi dan kolaborasi triple helix bisa terwujud melalui kontribusi aktif semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah, industri, perguruan tinggi, lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) baik di kalangan pemerintah maupun swasta yang sifatnya terbuka.
Dalam triple helix, semua pihak terkait dapat mensinergikan hal-hal yang berkaitan dengan menghasilkan invensi, inovasi, dan teknologi unggul termasuk melalui penguatan kapasitas dan mobilisasi sumber daya manusia (SDM) iptek yang memiliki penguasaan dan pengelolaan iptek dan inovasi.
Dengan demikian, pemerintah sebagai regulator dapat membuat peraturan yang bisa mendorong munculnya program-program unggulan.
Sebagai fasilitator, pemerintah juga dapat memberikan dukungan dalam bentuk insentif fiskal atau pendanaan untuk pembiayaan pembelajaran pada pendidikan tingkat lanjut atau riset bersama.
Pemerintah juga bertindak sebagai pengguna (end user) untuk menghasilkan suatu kebijakan berbasis sains yang juga bisa digunakan oleh internal pemerintah sendiri.
Baca juga: Bappenas luncurkan Strategi Nasional Kelanjutusiaan
Sementara industri dan dunia usaha berperan sebagai inisiator penelitian dan pengembangan dan inovasi secara mandiri, dan bahkan bisa memperkaya produk iptek dan inovasi sehingga Indonesia mampu berkompetisi secara global.
Industri akan lebih banyak bertanggung jawab dalam pembiayaan untuk riset lanjutan hingga menghasilkan produk riset, invensi dan inovasi yang menjawab kebutuhan pasar baik masyarakat, industri maupun pemerintah.
Periset atau akademisi dapat melakukan penelitian untuk menghasilkan invensi dan inovasi yang langsung menjawab kebutuhan pasar baik industri, masyarakat maupun pemerintah.
Melalui sinergi triple helix, diharapkan terjadi peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi baik dimulai dari riset eksplorasi untuk menghasilkan invensi dan inovasi dengan berbagai tahapan pengujian hingga melahirkan prototipe dan produk yang bisa dikomersialisasikan.
Dengan dukungan berkelanjutan dalam sinergi triple helix, sumber daya riset termasuk manusia, infrastruktur dan anggaran dapat dikelola dan dimanfaatkan lebih optimal untuk menghasilkan produk riset, inovasi dan invensi dengan menggunakan anggaran secara efektif dan efisien.
"Karena itu penting sekali dipahami oleh para pengambil kebijakan di kementerian/lembaga agar dapat bersama-sama dengan industri membangun produk riset yang bermutu dan diperlukan masyarakat," ujar Suharso.
Baca juga: Bappenas: Perencanaan berbasis data harus dimulai dari desa
Baca juga: Bappenas sebut integrasi NIK-NPWP dilakukan mulai 2023
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021