Nahal Oz (ANTARA News) - Pejuang Gaza hari Kamis menembakkan sebuah rudal anti-tank ke bis sekolah Israel, mencederai kritis seorang remaja, yang membuat Israel segera melancarkan serangan balasan ke Jalur Gaza yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 30.
Setelah rudal menghantam bis itu, pejuang Palestina menembakkan sedikitnya 45 mortir ke Israel selatan, mengenai sebuah rumah, dan militer membalas dengan serangan-serangan ke wilayah kantung itu, satu diantaranya menghantam sebuah ambulan, kata petugas medis Palestina.
Sementara roket-roket berdesingan melintasi perbatasan, sistem pertahanan rudal jarak dekat Israel "Iron Dome" menyergap sebuah proyektil yang mengarah ke kota pelabuhan selatan Ashkelon - tampaknya baru pertama kali ini sistem itu berhasil digunakan dalam situasi tempur.
Serangan terhadap bis itu juga merupakan kasus pertama yang melibatkan sebuah rudal anti-tank terhadap sasaran sipil di Israel, dan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak segera memerintahkan militer "bertindak cepat" untuk menanggapi hal itu.
"Sebuah rudal anti-tank ditembakkan langsung ke bis itu," kata juru bicara kepolisian Micky Rosenfeld kepada AFP, tak lama setelah serangan terhadap bis sekolah yang melewati bagian depan perumahan Yahudi Nahal Oz, tepat di seberang perbatasan dari sisi timur Kota Gaza.
Militer mengatakan, sedikitnya 45 mortir ditembakkan ke Israel selatan setelah serangan terhadap bis itu, satu diantaranya menghantam sebuah rumah.
Setelah serangan-serangan itu, Israel menggempur sebuah daerah di Kota Gaza bagian timur, menewaskan seorang pria berusia 50 tahun dan melukai lima orang, termasuk seorang anak kecil.
Serangan-serangan udara juga menghantam dua posisi Hamas di dan sekitar Kota Gaza, dan sasaran-sasaran lain di kota wilayah selatan, Rafah dan Khan Yunis, menewaskan dua orang dan mencederai puluhan lain, beberapa diantaranya terkena pecahan peluru yang menghantam sebuah ambulan.
Secara keseluruhan, 34 orang cedera di Jalur Gaza akibat serangan-serangan Israel.
Israel meluncurkan perang 22 hari di Jalur Gaza dua tahun lalu dengan tujuan menghentikan serangan-serangan roket dan mortir yang hampir setiap hari ke negara Yahudi tersebut.
Jumlah serangan dari wilayah kantung Palestina itu mengalami penurunan dramatis sejak perang itu, meski sepanjang tahun 2010 hampir 200 roket ditembakkan ke Israel, kata militer.
Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.
Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza dua tahun lalu dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut.
Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.
Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu.
Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Hamas merupakan organisasi sekaligus perlawanan rakyat Palestina di Gaza, dimana mereka merupakan simbol perlawanan rakyat Gaza dari blokade yang dilakukan oleh Isreal dan sekutunya.
Sedangkan Mahmoud Abbas lebih memilih menggunakan perlawanan tanpa kekerasan terhadap penjajahan Israel di West End, tapi sudah hampir satu dasawarsa perlawanan ini masih belum juga menghasilkan sesuatu yg signifikan :(