Jakarta (ANTARA News) - Bakal calon Gubernur DKI Aziz Syamsuddin bertekad untuk membangun ibukota sebagai kota metropolitan yang lebih terpacu dan fokus pada arah yang sesuai dengan cita-cita bersama.
"Saya ingin melihat Jakarta tidak hanya sebagai kota metropolitan modern bertaraf internasional, namun juga berwawasan lingkungan dan manusiawi," katanya di Jakarta, Kamis.
Dalam keterangan tertulisnya, Aziz mengharapkan, pembangunan provinsi DKI Jakarta di masa masa mendatang dapat lebih terpacu dan lebih terfokus pada arah yang sesuai dengan cita-cita masyarakat Jakarta sendiri.
Gegap gempita pemilihan kepala daerah DKI Jakarta sudah mulai terasa atmosfirnya. Kendati berlangsungnya masih satu tahun lagi, namun para calon pemimpin yang hendak memeriahkan pesta demokrasi warga Jakarta untuk dipilih sebagai yang akan memimpin 2012-2017 sudah mulai bermunculan, tak terkecuali bagi DR Aziz Syamsuddin.
Wakil ketua Komisi III DPR-RI ini bakal maju dari Partai Golongan Karya (Golkar). Azis Syamsuddin, meskipun dirinya terbilang generasi muda, dianggap sangat potensial oleh Partai Golkar, bahkan sebagai salah satu Partai terbesar di Indonesia ini, untuk memberikan perubahan bagi kurang lebih 10 juta warga Jakarta.
Pria kelahiran Jakarta 31 Juli 1970 lalu ini, dikenal sebagai sosok yang kritis, tegas, konsisten dalam menjunjung keadilan, dan juga selalu terdepan dalam menyampaikan aspirasi rakyat.
Aziz merasa terpanggil untuk maju sebagai calon Gubernur karena melihat DKI Jakarta akhir-akhir ini dilanda kesemrautan yang makin parah. Mulai dari masalah kependudukan yang tidak dikendalikan dengan baik, masalah tata ruang, arah pembangunan yang tidak jelas, sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan sosial kota lainnya.
"Melihat Jakarta, sebagai kaum muda saya tak rela melihat kota ini dilanda kesemrautan akut. Saya merasa terpanggil untuk maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta untuk me-muda-kan Jakarta," katanya tentang alasan pencalonannya.
Bagi Aziz juga, selama ini kota Jakarta tampak lebih berpihak pada pemodal besar daripada kelompok ekonomi lemah: pedagang kecil dan warga miskin kota lainnya. Hal itu semakin nyata dari besarnya penguasaan ruang di kota ini oleh para pemodal.
Oleh karena itu, sambungnya, dipacunya pertumbuhan kawasan komersial untuk kepentingan pemodal besar itu tidak hanya berdampak pada pemiskinan pedagang kecil, tapi juga berakibat hancurnya keseimbangan ekologi di kota ini. Banjir bandang akibat makin besarnya air larian (run off) saat musim hujan bisa ditilik sebagai indikatornya. Tingginya run off itu sangat terkait dengan alih fungsi lahan dari ruang terbuka hijau dan situ menjadi kawasan komersial.(*)
(R009/K004)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011