Korea Selatan (Korsel) mengatakan Korea Utara (Korut) harus mengaku menorpedo kapal perang Cheonan yang menewaskan 46 pelautnya sebelum dialog dapat dimulai kembali untuk meredakan ketegangan selama beberapa bulan.
"Korut mengatakan pihaknya tidak dapat meminta maaf atas apa yang tidak dilakukannya dan sikap ini tidak akan berubah bahkan setelah 100 tahun atau 1.000 tahun," kata Park Han-Sik, seorang profesor di Universitas Georgia Amerika Serikat.
Ia mengemukakan hal itu kepada kantor berita Korsel Yonhap di Beijing Selasa setelah melakukan kunjungan delapan hari ke Pyongyang.
Korut menolak keras bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal itu dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan Maret 2010.
Ketegangan meningkat lebih jauh ketika pasukannya menembaki sebuah pulau perbatasan Korsel November tahun lalu, menewaskan empat orang termasuk dua warga sipil.
"Korut berpendapat bahwa selama Korsel terus menuntut permintaan maaf bagi masalah Cheonan itu sebagai prasyarat bagi dialog, pihaknya tidak akan dapat datang untuk berunding," tambah Park, yang kabarnya mengunjungi Korut lebih dari 50 kali.
Presiden Korsel Lee Myung-Bak Jumat lalu mengulangi kembali bahwa Pyongyang harus menerima kesalahan atas dua insiden itu sebelum dialog dimulai. Korut mengatakan penembakan ke pulau itu diprovokasi oleh latihan militer Korsel.
Park juga mengatakan serangan-serangan oleh pasukan multi nasional yang dipimpin AS ke pasukan Libya tampaknya memperkuat kecurigaan Pyongyang tentang niat-niat AS terhadap Korut.
"Korut tampaknya berpikir jika Libya tidak menghentikan program nuklirnya, AS tidak akan berani menyerangnya." katanya yang dikutip Yonhap.
"Saya mendapat kesan bahwa Korut yakin adalah satu hal yang bijaksana untuk mempertahankan kebijakan membangun nuklir mereka."
Korut bulan lalu mengecam serangan terhadap Libya, menyebut kebijakan pertahanan dirinya sendiri satu "pencegahan yang bermanfaat" terhadap serangan-serangan pihak asing.
Park mengatakan Korut menyatakan harapan "kuat" bagi perundingan dengan Amerika Serikat, tetapi kecewa dengan kebijakan pemerintah Presiden Barack Obama yang tetap menjaga jarak dengan Pyongyang sejalan dengan sikap Seoul.(*)
(Uu.H-RN/H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011