Tokyo (ANTARA News) - Para pekerja di PLTN Fukushima Jepang Rabu menyumbat lubang yang mengalirkan air berradioaktif tinggi ke Lautan Pasifik, memperbesar upaya untuk menghentikan penyebaran malapetaka nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl.

Namun dalam sebuah ilustrasi tentang bagaimana rapuhnya kemajuan di PLTN Fukushima, operator Tokyo Electric Power mengatakan pihaknya khawatir dengan pembentukan gas hidrogen di reaktor berbeda yang dapat menyebabkan ledakan lain di lokasi tersebut, demikian Harumi Ozawa dari AFP melaporkan.

Kebocoran air dianggap sebagai sumber naiknya tingkat radiasi di laut, yang memicu Jepang untuk mengumumkan standar keamanan radiasi makanan laut pertamanya menyusul ditemukannya ikan dengan tingkat kontaminasi tinggi.

Para pekerja TEPCO telah menyuntikkan sodium silicate, sejenis bahan kimia yang dikenal sebagai "gelas air", untuk mengeraskan tanah dekat lubang retakan yang dilalui air radioaktif menuju Pasifik.

Lubang pada tembok dengan keretakan 20cm terhubung dengan reaktor PLTN No. 2, salah satu reaktor yang sistem pendinginannya lumpuh oleh malapetaka gempa-tsunami pada 11 Maret.

"Para pekerja mengonfirmasi pada pukul 5:38 pagi waktu setempat (2038 GMT Selasa) bahwa air yang mengalir keluar lubang tersebut telah berhenti," kata TEPCO dalam sebuah pernyataan Rabu.

Sejumlah upaya telah gagal untuk menghentikan kebocoran, termasuk upaya menutup lubang dengan semen.

Radiasi dalam air bocoran dari PLTN itu tercatat lebih dari 1.000 millisieverts. Air tersebut dianggap sebagai sumber angka radioaktif yodium-131 di laut yang 4.000 kali lipat dari batas legal.

Tingkat radiasi air laut yang berdekatan dengan PLTN tersebut telah meningkat, dan di tengah meningkatnya kecemasan soal kontaminasi, Jepang Selasa menetapkan batas legal yodium radioaktif dalam makanan laut untuk pertama kalinya.

Penghentian kebocoran tersebut adalah sekelumit kabar baik besar pertama selama beberapa hari pertarungan untuk mengendalikan krisis di PLTN Fukushima.

Namun, para pejabat prihatin bahwa peningkatan hidrogen di bangunan sekitar reaktor No. 1 itu dapat bereaksi hebat dengan oksigen sehingga menimbulkan ledakan.

Mereka mengumumkan rencana untuk mulai menginjeksi nitrogen Rabu, gas mulia yang berlimpah di atmosfir, yang mereka harapkan akan memindahkan oksigen.

"Kami sedang mempertimbangkan untuk menginjeksikan nitrogen ke dalam kontainer reaktor No 1 karena gas hidrogen kemungkinan telah terakumulasi dalam kontainer tersebut," kata seorang pejabat TEPCO.

NTV melaporkan bahwa operasi tersebut akan berlangsung "paling cepat hari ini".

Beberapa hari setelah gempa bumi dan tsunami melumpuhkan pembangkit tersebut, ledakan-ledakan keras terjadi sebagai akibat akumulasi hidrogen dekat reaktor tersebut, menghancurkan bangunan-bangunan luar.

Zona ekslusif 20 kilometer seputar pembangkit tersebut telah memaksa evakuasi puluhan ribu orang.

Pembangkit tersebut telah mengeluarkan material radioaktif ke udara, mengontaminasi air minum dan hasil pertanian, dengan yodium radioaktif di atas batas legal yang terdeteksi pada sayur-sayuran, hasil peternakan dan jamur.

Kecemasan nuklir terus menghalangi sejak bencana 11 Maret yang menyebabkan lebih dari 12.000 orang tewas dan 15.000 orang hilang.

India Selasa melarang impor semua makanan dari Jepang, negara pertama yang memberlakukan pemblokiran total. Sejumlah negara termasuk China, Singapura dan Amerika Serikat telah melarang impor makanan dari sejumlah prefektur Jepang.

Penangkapan ikan telah dilarang dalam radius 20 kilometer dari pembangkit yang rusak, menyamai radius evakuasi zona darat.

TEPCO melanjutkan operasi terpisah untuk melepas 11.500 ton air berradioaktif rendah ke laut untuk memberikan ruang penampungan yang sangat dibutuhkan untuk air yang sangat beracun yang telah menghambat pekerjaan perbaikan krusial.

Juru bicara badan keamanan nuklir Hidehiko Nishiyama mengatakan sebagian besar air -- sekitar 10.400 ton -- kini telah dilepaskan.

Operasi tersebut mendapat kecaman dari dalam dan luar negeri, seperti pemerintah Seoul melukiskannya sebagai "masalah mendesak" bagi Korea Selatan.

Ikuhiro Hattori, kepala Koperasi Nelayan Jepang, Rabu mengunjungi markas TEPCO untuk memrotes pembuangan tersebut.

"Ini tidak dapat dimaafkan," katanya, menurut Jiji Press, ketika dia menemui pimpinan TEPCO Tsunehisa Katsumata.

"Kami membutuhkan anda untuk menjelaskan siapa yang harus bertanggungjawab, negara atau TEPCO."


Resesi Jepang Menjelang

Saham perusahaan fasilitas listrik terbesar Jepang meneruskan kejatuhannya Rabu. Saham jatuh sekitar 15 persen menjelang tengah hari, sesudah merosot hingga 362 yen Selasa -- penutupan terendah mereka -- di tengah kekhawatiran perusahaan tersebut akan menghadapi tagihan kompensasi lebih dari 10 triliun yen (120 miliar dolar).

Kejatuhan ekonomi lebih luas dari gempa bumi, tsunami dan krisis nuklir mungkin akan mendorong negara itu ke dalam resesi dalam beberapa bulan mendatang, kata banyak ekonom kini.

Pemerintah sedang merencanakan anggaran darurat pertama lebih dari tiga triliun yen (35 miliar dolar), lapor kantor berita Kyodo, mengutip para politisi partai yang berkuasa yang mengatakan pengeluaran total dapat mencapai 10 triliun yen. (ANT/K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011