Abidjan (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Prancis mengatakan bahwa pengunduran diri Laurent Gbagbo dari kekuasaan sedang dirundingkan setelah serangan besar-besaran oleh pasukan yang setia pada seterunya yang didukung PBB dan serangan-serangan udara helikopter Prancis.
Tetapi Gbagbo, yang menolak menyerahkan kekuasaan sejak pemilihan presiden yang hasilnya disahkan PBB November lalu itu menunjukkan ia kalah dari pesaingnya Allasane Ouattara, membantah berita ia akan menyerah, dan menolak tuntutan agar dia mengakui Ouattara sebagai pemenang pemungutan suara itu.
Gbagbo, yang menurut para diplomat berlindung di bunker di sekitar rumahnya, mengatakan kepada stasiun televisi French TV melalui telepon, tentaranya menyerukan gencatan senjata setelah senjata-senjata mereka hancur akibat serangan-serangan udara PBB dan Prancis.
Ia menegaskan ia adalah pemenang dari pemilihan presiden November lalu dan menyarankan perundingan dengan seterunya dan mengatakan ia tidak berniat memegang terus kekuasaan untuk selama-lamanya.
"Saya bukan seorang kamikaze. Saya mencintai hidup. Suara saya bukan suara seorang syuhada, tidak, tidak, tidak. Saya tidak mencari kematian. Bukan tujuan saya untuk mati," kata Gbagbo kepala stasiun televisi LCI. "Demi kembalinya perdamaian di Pantai Gading, saya dan Ouattara harus berunding."
Pemilu presiden yang tertunda lama di negara penghasil kakao utama dunia itu bertujuan untuk mengakhiri perang saudara tahun 2002-2003, tetapi penolakan Gbagbo untuk menyerahkan kekuasaan menyebabkan negara itu dilanda konflik politik yang keras yang menewaskan lebih dari 1.500 orang.
Hakim Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) Selasa mengatakan ia sedang melakukan perundingan dengan negara-negara Afrika Barat menyangkut apa yang disebut kekejaman di Pantai Gading diadili setelah satu laporan pembantaian d daerah barat ngara itu.
Pada pekan lalu, pasukan yang setia pada Ouattara melancarkan serangan besar-besaran di pangkalan-pangkalan Gbagbo terakhir di Abidjan untuk menggulingkan dia.
Satu dokumen internal PBB yang ditunjukkan kepada Reuters pada Selasa menyebutkan Gbagbo telah menyerah tetapi seorang pejabat PBB yang tidak bersedia namanya disebutkan, kemudian mengatakan Gbagbo belum melakukan tindakan itu tetapi diduga ia ingin menyerah,dan meminta perlindungan kepada PBB.
Prancis mengatakan pihaknya mengharapkan Gbagbo segera menyerah.
"Kami sedang meyakinkan dia untuk melepaskan kekuasaan," kata Menlu Prancis Alain Juppe di parlemen d Paris, Selasa, dikutip Reuters.
Juppe mengatakan perundingan-perundingan sedang dilakukan antara sekutu-sekutu Gbagbo, PBB dan duta besar Perancis untukPantai Gading , Jean-Marc Simon.
Juru bicara pemerintah Gbagbo Ahoua Don Mello, yang ikut serta dalam perundigan-perudingan itu, mengatakan para utusan masih beruding.
"Beberapa masalah masih dibicarakan. Belum ada yang ditandatangani, Gbagbo tidak menandatangani perjanjian apapun," kata Don Mello kepada Reuters.
Dokumen PBB itu mengatakan pertempuran di Abidjan dan di tempat-tempat lain di negara itu berhenti sejak Selasa tengah malam, dan para jendral Pantai Gading meminta pasukan perdamaian PBB melindungi para serdadu pro Gbagbo dan mengambil semua senjata mereka.
Akan tetapi, seorang dipomat Barat mengatakan pertempuran sporadis masih terjadi di daerah pinggiran Cocody, Abidjan sementara sejumlah anggota milisi pro Gbagbo masih berada di jalan-jalan.
Bentrokan senjata itu membuat harga kakao menurun, Selasa karena para pedagang memperkirakan kekuasaan Gbagbo akan berakhir dan ekspor akan dimulai kembali.
(H-RN/M016)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011