pengelolaan sampah menjadi pelet bahkan bisa meningkatkan perekonomian warga karena produksi pelet dari sampah kami serap menjadi bahan tambahan dalam proses co-firing
Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) memiliki 100 mitra binaan dan 12 desa binaan yang mampu mengelola sampah menjadi energi alternatif yang dapat menghasilkan listrik.
Vice President Keselamatan dan Kesehatan Kerja PLN Leiden Brix Hutapea mengatakan pihaknya memiliki program yang memberdayakan masyarakat setempat mulai dari pemilahan sampah hingga mengolahnya menjadi pelet untuk tambahan bahan baku co-firing di PLTU.
"Selain bisa mengelola sampah yang membuat lingkungan masyarakat menjadi lebih bersih, pengelolaan sampah menjadi pelet bahkan bisa meningkatkan perekonomian warga karena produksi pelet dari sampah kami serap menjadi bahan tambahan dalam proses co-firing," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Leiden menjelaskan aktivitas pengelolaan sampah melalui program tanggung jawab sosial PLN, salah satu yang sudah berjalan ada di Nusa Tenggara Barat.
Saat ini, perseroan telah menjalankan program co-firing di 20 unit pembangkit listrik tenaga uap dengan konsumsi biomassa sebesar 149,46 ton.
Dari co-firing tersebut realisasi produksi listriknya mencapai 139,5 gigawatt pada September 2021. Targetnya ada 52 PLTU yang akan menggunakan co-firing ini dengan proyeksi produksi listrik 10.601 GWh.
PLN mengembangkan beberapa sumber biomassa, seperti hutan tanaman energi sebesar 8 juta ton dan pelet sampah sebesar 1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pelet untuk co-firing.
Langkah ini juga sejalan dengan target pemerintah dalam pengurangan emisi untuk mencapai netralitas karbon.
Menurut Leiden, teknologi co-firing di PLTU dapat mengurangi emisi sebanyak 12 juta ton.
"PLN bekerja sama dengan BUMN, BUMD dan kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan biomassa. Hal ini diharapkan dapat memberdayakan dan menggerakan roda ekonomi masyarakat," ujar Leiden.
Selain itu, PLN juga punya program bersama KLHK untuk mengatasi sampah di bantaran sungai Ciliwung agar bisa diolah menjadi briket dan bakan baku kompor.
KLHK bersama PLN juga sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah akhir (PLTSa). Pengoperasian PLTSa ini masih memerlukan teknologi yang canggih, seperti RDF dan sistem pemanasan sampah untuk menjadi sumber energi.
Kasubdit Barang dan Kemasan KLHK Ujang Solihin Sidik mengatakan langkah PLN tersebut merupakan suatu terobosan untuk mengatasi permasalahan sampah yang saat ini belum dapat diselesaikan.
Saat ini, produksi sampah di Indonesia bisa mencapai 70 juta ton per hari. Sekitar 70 persennya hanyut ke laut dan 30 persennya menumpuk menjadi gunungan sampah di tempat pembuangan akhir.
"Kami punya target paling tidak sampah yang dibuang ke laut bisa berkurang hingga 70 persen. Namun, ini tentu tidak bisa dilakukan sendiri. Keterlibatan PLN dalam mendampingi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan peran penting," pungkas Ujang.
Baca juga: PLN: Produksi listrik "co-firing" capai 85.015 MWh hingga Juli 2021
Baca juga: PLN hasilkan listrik 189 megawatt dari penggunaan biomassa 17 PLTU
Baca juga: Co-firing biomassa jadi strategi PLN kurangi emisi karbon PLTU
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021