Pasien PPOK lebih rentan terkena infeksi COVID-19

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Susanthy Djajalaksana Sp.P(K) FISR mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang dapat memperburuk infeksi COVID-19 dan bahkan menyebabkan kematian.

Dr dr Susanthy Djajalaksana dalam konferensi pers daring tentang peringatan Hari Pneumonia Sedunia dan Hari PPOK Sedunia yang diikuti di Jakarta, Rabu menerangkan bahwa penyakit paru terbanyak yang memperburuk kondisi seseorang yang terinfeksi COVID-19 adalah PPOK.

"Pasien PPOK lebih rentan terkena infeksi COVID-19, infeksi virus merupakan salah satu pencetus PPOK menjadi akut.
Salah satu penyebabnya adalah infeksi COVID-19," kata Susanthy.

Berdasarkan data yang ada, 12 sampai 13 persen penderita COVID-19 memiliki komorbid PPOK. COVID-19 dengan komorbid PPOK lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan yang memiliki penyakit bawaan TBC.

Baca juga: Beda COVID-19 dan penyakit paru obstruktif kronik

Baca juga: Kena PPOK tetap harus berolahraga, apa pilihannya?

Susanthy menjelaskan PPOK pada penderita COVID-19 berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit yang lebih berat dan seringkali butuh perawatan intensif. "Seringkali harus dirawat karena derajatnya jadi lebih berat," kata dia.

Peringatan Hari PPOK Sedunia diperingati tiap tanggal 17 November setiap tahunnya. PPOK adalah penyakit yang menyebabkan peradangan di saluran pernapasan yang sifatnya lama kelamaan akan semakin berat atau memburuk.

Jika infeksi COVID-19 menyebabkan pneumonia pada paru dan akan kembali sembuh apabila penderitanya sudah sehat, penderita PPOK tidak akan mengalami perbaikan fungsi saluran pernapasannya.

Fungai saluran napas penderita PPOK akan terus memburuk apabila tidak diobati dengan benar guna mencegah terjadinya pemburukan.

PPOK diakibatkan oleh pajanan zat beracun, polusi, atau iritan lainnya pada saluran napas. Pajanan asap rokok dan polusi udara yang terlampau sering paling banyak menjadi penyebab munculnya penyakit tidak menular ini.

Baca juga: Dalam 20 tahun, rata-rata perokok akan menderita PPOK, sebut ahli

Baca juga: 5A untuk berhenti merokok

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021