gencatan senjata itu mesti didorong untuk bisa dilakukan"

Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Turki berada pada posisi sama dalam mendukung segera diberlakukannya gencatan senjata di Libya sesuai dengan resolusi 1973 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), kata Presiden Turki Abdullah Gul dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa.

Indonesia dan Libya siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk segera terwujudnya solusi politik yang damai dan tepat dalam penyelesaian krisis di Libya itu.

"Kami juga membahas perkembangan situasi di Libya dan juga mendiskusikan solusi yang mungkin bisa dilakukan di Libya. Dari sisi Indonesia sama dengan Turki sesuai dengan resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB, gencatan senjata itu mesti didorong untuk bisa dilakukan," tutur Yudhoyono.

Indonesia juga menyatakan siap mengirimkan pasukan perdamaian di bawah bendera PBB untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Libya apabila gencatan senjata berhasil diberlakukan.

Indonesia dan Turki juga berharap PBB dan lembaga-lembaga internasional seperti Uni Afrika dapat mendorong segera tercapainya solusi politik yang damai di Libya melalui dialog yang melibatkan seluruh pemegang kepentingan di negara tersebut.

Selain itu, Indonesia juga berharap segera dibentuk bantuan kemanusiaan internasional bagi Libya karena konflik di negara itu telah menelan korban sipil yang cukup besar.

"Saya juga berpendapat perlu ada humanitarian assistance (bantuan kemanusiaan) untuk Libya yang terus terang warga sipil mengalami banyak sekali penderitaan akibat konflik berdarah yang terjadi sekarang ini," ujar Yudhoyono.

Sebagai sesama negara Muslim yang menganut demokrasi, Indonesia dan Turki berharap konflik Libya dapat diselesaikan tanpa kekerasan.

Presiden Gul sendiri meminta pertumpahan darah di Libya segera dihentikan dan jangan lagi ada warga Libya yang menderita, serta mengimbau tidak lagi terjadi penghancuran infrastruktur di Libya.(*)

D013*P008/Z002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011