Gorontalo (ANTARA) - Peneliti dari tiga negara yakni Indonesia, Inggris, dan Jepang kini sedang mengembangkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang akan memetakan keanekaragaman hayati flora sebagai sumber-sumber bioenegi di Kawasan Wallacea.
Para peneliti tersebut adalah Doktor Iswan Dunggio dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Profesor Taufiq Asyhari dari Birmingham City University, dan Profesor Muhamad Azis dari Universitas Tokyo yang tergabung dalam sebuah konsorsium.
Penelitian kolaboratif ini didanai oleh British Council di Jepang, dengan tujuan untuk mendorong pemanfaatan potensi bioenergi di Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Baca juga: LSM Burung jangkau 202 desa dorong penguatan keanekaragaman hayati
Baca juga: LIPI terbitkan izin bagi 600 peneliti asing
“Kami mendata secara rinci spesies tanaman yang berpotensi sebagai penghasil bioenergi di Wallacea. Kemudian dilakukan penilaian terhadap masing-masing tanaman tersebut, salah satunya menghitung besaran energi yang dihasilkan. Data-data ini kemudian diolah dengan komputer, sehingga dihasilkan teknologi kecerdasan buatan yang dapat memetakan sumber bioenergi pada suatu wilayah,” ungkap Iswan Dunggio saat ditemui ANTARA, Rabu.
Kawasan Wallacea menjadi lokasi penelitian, karena dinilai memiliki keragaman flora yang tinggi.
Teknologi yang dirancang oleh para peneliti ini akan menjadi sebuah prototipe, yang akan diaplikasikan di daerah lainnya di Kawasan Wallacea.
Dalam penelitian ini, pihaknya juga akan memproduksi energi dari biomassa limbah tanaman seperti kelapa, kemiri, dan jagung yang ada di Gorontalo.
“Kami tidak menggunakan bagian dari tanaman yang dapat dikonsumsi, tetapi memanfaatkan limbahnya seperti tempurung kelapa atau kulit dan tongkol jagung” tambahnya.
Bioenergi yang dihasilkan dapat digunakan baik untuk pembangkit listrik maupun industri lainnya, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap batubara.
Para peneliti belum memberi bocoran bentuk teknologi kecerdasan buatan yang akan diluncurkan tersebut, namun inovasi ini dapat menjadi solusi dalam mengurangi emisi yang memicu perubahan iklim.
Baca juga: Indonesia punya potensi kuasai pasar karbon
Baca juga: Dubes Inggris-Direktur British Council kunjungi pameran Wallacea Week
Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021