Bengaluru (ANTARA) - Harga emas naik tipis di perdagangan Asia pada Rabu pagi, tetapi melayang di sekitar level terendah baru-baru ini, setelah lonjakan penjualan ritel AS membuat dolar mendekati level tertinggi 16 bulan.
Emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.854,39 dolar AS per ounce pada pukul 02.07 GMT, tetapi logam ini masih sekitar 6 dolar AS dari level terendah sejak Jumat lalu (12/11) yang dicapai di sesi sebelumnya. Emas berjangka AS naik 0,2 persen menjadi 1.857,10 dolar AS.
Penjualan ritel AS melonjak pada Oktober, melampaui ekspektasi, dalam indikasi bahwa inflasi yang tinggi belum mengurangi pengeluaran, bahkan ketika kekhawatiran tentang kenaikan biaya hidup mengirim sentimen konsumen jatuh ke level terendah 10 tahun pada awal November.
Laporan tersebut mendorong dolar ke puncak baru 16 bulan, menekan emas dengan menaikkan biayanya kepada pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Pejabat Federal Reserve mengatakan pada Selasa (16/11) bahwa mereka waspada terhadap bagaimana inflasi yang lebih tinggi dapat mempengaruhi rumah tangga AS dan mengurangi sentimen konsumen serta ingin mengendalikannya.
Emas, sering dipandang sebagai lindung nilai inflasi, telah diuntungkan dari kebijakan moneter yang longgar selama pandemi, tetapi setiap kenaikan suku bunga akan mengurangi daya tarik emas karena suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas tanpa bunga.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menekan mitranya dari China tentang hak asasi manusia dalam panggilan video yang berlangsung lebih dari tiga jam, sementara Xi Jinping memperingatkan bahwa China akan menanggapi provokasi di Taiwan, menurut akun resmi bursa.
Di pasar spot, perak naik 0,6 persen menjadi 24,95 dolar AS per ounce. Platinum naik 0,3 persen menjadi 1.064,73 dolar AS per ounce dan paladium naik 0,3 persen menjadi 2.165,98 dolar AS.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021