Dirut sebuah perusahaan finansial, Edwin Sinaga di Jakarta, Selasa mengatakan, kenaikan rupiah yang cukup besar itu berkat masuknya dana asing dalam jumlah yang besar, namun ia tidak menyebutkan berapa besar dana asing itu.
Meski demikian kenaikan rupiah itu bukan akibat faktor fundamental ekonomi, ujarnya.
Rupiah saat ini mencapai Rp8.658 dari sebelumnya Rp8.660 dolar AS atau naik dua poin. Karena itu, lanjut dia, rupiah sewaktu-waktu bisa kembali melemah, apabila ada faktor negatif yang muncul di pasar.
"Kami memperkirakan rupiah saat ini masih dapat bergerak naik meski dalam kisaran sempit," ucapnya.
Kenaikan rupiah itu juga membuat inflasi terkendali, sehingga subsidi terhadap bahan bakar minyak dapat diterjaga, katanya.
"Kami optimistis Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tidak begitu tergerus akibat kenaikan harga minyak mentah dunia, karena menguatnya ruoiah terhadap dolar AS," ucapnya.
Ia mengatakan, apabila perdagangan saham di pasar modal ramai, akibat kembali masuknya dana asing, maka rupiah akan bergerak.
Karena itu peluang untuk bisa mencapai level Rp8.600 per dolar AS sangat besar, ucapnya.
Apalagi, lanjut dia laporan kinerja emiten pada 2010 sangat baik yang mendorong pelaku pasar modal aktif melakukan pembelian saham.
"Kita lihat saja apakah pada perdagangan siang nanti minat beli asing di pasar modal kembali tinggi, kalau ini terjadi maka peluang untuk naik bagi rupiah juga besar," ucapnya.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011