Jumlah yang tewas meningkat menjadi 15 orang
Sanaa (ANTARA News) - Pasukan keamanan Yaman menembak mati 15 pengunjuk rasa anti-rezim dan mencederai sejumlah lainnya, Senin. Insiden itu terjadi pada hari kedua bentrokan-bentrokan berdarah di Taez, selatan ibu kota Sanaa, kata para dokter.
"Jumlah yang tewas meningkat menjadi 15 orang," kata Sadeq al-Sujaa, ketua rumah sakit lapngan di satu lapangan di tengah kota Taez, mengubah angka korban tewas sebelumnya.
Pertumpahan darah terjadi ketika para pengunjuk rasa bergerak ke kantor pusat gubernur di kota itu sekitar 200km dari ibu kota untuk menuntut penggulingan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.
Para saksi mata mengatakan para pengunjuk rasa menyerbu halaman kantor gubernur dan pria-pria bersenjata berpakaian sipil melepaskan tembakan dan berusaha mendesak mereka mundur.
Pertumpahan darah yang terjadi sehari setelah seorang pemrotes la di tembak mati di Taez, yang menambah jumlah korban tewas lebih dari 100 orang dalam tidakan keras terhadap aksi protes di negara jazirah Arab itu sejak akhir Januari.
Dalam satu konfrontasi yang sama 13 orang ditembak dan cedera Ahad petang ketika polisi terlibat bentrok dengan puluhan ribu pengunjuk rasa di kota Hudaydah di barat, kata para saksi mata.
Polisi melepaskan tembakan ketika para pemerotes bergerak ke gedung pemerintah lokal utama kota Laut Merah itu, kata para saksi mata.
Tiga belas orang cedera akibat kena peluru tajam , 30 orang lainnya kena pukul tongkat kecil dan lemparan batu, sementara 400 lainnya terkena dampak gas air mata , kata para saksi mata.
Demonstrasi-demonstrasi di Taez dan Hudaydah, 15km dari Sanaa merupakan bagian dari protes-protes menuntut presidien Saleh yang telah berkuasa tiga dasa warsa itu mundur.
Forum Bersama oposisi, Sabtu menyerukan Saleh menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden Abdrabuh Mansur Hadi dalam satu "visi bagi transisi kekuasaan yang damai dan terjamin."
Menurut The New York Times, Ahad yang mengutip pernyataan para pejabat Yaman dan Amerika Serikat, pemerintah AS mengurangi dukungan terhadap Saleh dan ikut serta dalam usaha-usaha untuk merundingkan pengunduran dirinya dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah peralihan.
Negara-negara Teluk, Ahad juga mengatakan mereka berusaha untuk menengahi antara Saleh dan oposisi.
(H-RN/B002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011