Demikian pernyataan Budiman Sujatmiko (FPDI Perjuangan), Edhy Prabowo (Gerindra), Teguh Juwarno (PAN), Malik Haramain (PKB), dan Roy Suryo (FPD) kepada pers di Pressroom DPR RI di Jakarta, Senin.
Budiman menyatakan, pembangunan gedung DPR merupakan langkah tidak arif karena kontradiksi dengan realitas sosial yang serba kesusahan sekaligus menunjukkan DPR tidak memiliki empati terhadap penderitaan rakyat.
"Kami akan mengajak seluruh fraksi di DPR RI untuk menanggalkan kepentingan masing-masing dan bersatu dengan aspirasi rakyat untuk membatalkan pembangunan gedung baru dengan harapan kepercayaan masyarakat terhadap DPR RI periode 2009-2014 akan meningkat," ujar Budiman.
Upaya menggalang penolakan pembangunan gedung DPR itu hingga kini telah memperoleh sambutan dari beberapa anggota yang telah mendantangani, yakni Hasrul Azwar dan Romahurmuzy (F-PPP), Hendra Singkaru (PAN) dan Eva Kusuma Sundari (PDI Perjuangan).
Menurut Roy, rencana pembangunan gedung DPR dengan anggaran sangat besar merupakan tindakan yang melukai rasa keadilan masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap kinerja DPR, saat ini masih sangat rendah. Untuk memperbaikinya, harus dilakukan kerja keras dengan meningkatkan kinerja legislasi, pengawasan dan penganggaran yang berpihak pada rakyat.
"Bukan malah membangun gedung baru. Kantor DPR adalah rumah rakyat, sehingga pembangunan gedung DPR harus mendapat persetujuan dari rakyat," ujar pakar telematika itu seraya mengatakan proses pembangunan harus melibatkan masyarakat melalui sayembara secara terbuka.
Sementara Malik Haramain menegaskan bahwa proses persetujuan desain gedung harus diputuskan melalui rapat paripurna sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi di DPR. Karena itu, pihaknya akan segera menghentikan recana pembangunan gedung DPR tersebut dalam rapat paripurna, Kamis (8/4) nanti.
"Kita akan hentikan di paripurna 8 April nanti. Itu tikungan terakhir kami untuk menjegal pembangunan gedung DPR," ujar Malik seraya menyebut pembangunan gedung merupakan recana bodoh dan menggelikan serta membuat masyarakat jengkel.
(ANTARA/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011