PLTN dan sumber energi alternatif sebagai solusi sumber energi nasional
Jakarta (ANTARA) - Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto mengatakan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dapat menjamin keamanan energi nasional dan mendukung energi bersih karena kebutuhan listrik akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan bangsa dan perkembangan industri.
"Ketersediaan dari sumber energi nasional dan prediksi kebutuhan energi nasional mengharuskan kita perlu menjamin keamanan energi dan konsep energi bersih sehingga PLTN juga masuk di dalamnya," kata Kepala Pusat Studi Energi UGM Deendarlianto dalam Webinar Nasional Prof Talk: Siapkah Energi Nuklir Mendukung Net Zero Emission Indonesia? di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan energi nuklir mampu memenuhi kebutuhan energi secara masif dan sesuai untuk peningkatan kemampuan industrialisasi Indonesia di masa depan.
"Untuk memenuhi kebutuhan energi yang bersifat masif dan berkesinambungan, maka tidak ada pilihan lain untuk menggantikan peran penggunaan sumber daya energi konvensional kecuali penggunaan energi nuklir," ujarnya.
Deendarlianto mengatakan pihaknya sudah memberikan rekomendasi kepada pemerintah bahwa perlunya memulai langkah transisi menuju pemanfaatan PLTN dan sumber energi alternatif sebagai solusi sumber energi nasional.
Ia menuturkan teknologi reaktor nuklir telah mencapai pencapaian teknologi yang lebih unggul dibanding dengan teknologi pembangkit lainnya.
Baca juga: Peneliti: Nuklir mulai diperhatikan di COP26 turunkan emisi karbon
Baca juga: KLHK: Teknologi nuklir dapat atasi polusi plastik
Keunggulan tersebut antara lain PLTN tidak menghasilkan limbah yang dilepaskan ke lingkungan, sehingga PLTN mendukung terciptanya energi bersih.
Selain itu, PLTN juga mempunyai sistem keselamatan komprehensif dan prosedur operasi terstandarisasi.
Semua limbah terkait dengan penggunaan material nuklir dikelola dengan sistem pengelolaan limbah nuklir yang pada akhirnya disimpan, dimobilisasi dan dikungkung.
PLTN juga mengaplikasikan sistem keselamatan komprehensif yakni sistem pertahanan berlapis yang terdiri dari keselamatan melekat (inherent safety), redundansi, interlock, reliability, dan hambatan ganda (multiple barrier).
Di samping itu, dalam skenario jika pemerintah menginvestasikan Rp1 miliar biaya untuk kelistrikan misalnya di Yogyakarta dalam rangka peningkatan kualitas kelistrikan, akan ada nilai ekonomi kembali sebesar 3,66 kalinya, dan itu menunjukkan pentingnya kualitas kelistrikan ditingkatkan ke depan.
Selain sektor industri, sektor lain yang juga membutuhkan listrik yang meningkat ke depan adalah sektor transportasi yang mana Pemerintah Indonesia mendorong peningkatan pemanfaatan kendaraan listrik ke depan yang juga bertujuan untuk mengurangi emisi karbon.
Deendarlianto menuturkan beberapa riset terbaru menyatakan konsumsi bahan bakar berbasis fosil dan emisi karbondioksida sudah mulai akut di negara-negara yang ekonominya berkembang (emerging economies) di wilayah Asia-Pasifik.
Dengan demikian, penggunaan kebijakan energi nuklir perlu dipertimbangkan dalam kebijakan energi nasional di beberapa negara dan juga perlu ada langkah strategis yang dikembangkan dalam pengembangan teknologi reaktor ke depan.
"Kita tahu bahwa energi nuklir itu sangat 'reliable' (andal), juga aman dan secara internasional juga memiliki arti ekonomi cukup kuat," ujarnya.
Baca juga: Memacu energi bersih dalam prospek alternatif nuklir
Baca juga: Dirjen Minerba: Nuklir menjadi opsi energi potensial bagi Indonesia
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021