Aden (ANTARA News) - Seorang prajurit Yaman tewas dan tiga lain cedera Minggu dalam serangan separatis selatan di provinsi Lahij, kata seorang pejabat militer.
"Orang-orang bersenjata anggota Gerakan Selatan menyerang sebuah pos pemeriksaan antara kota-kota al-Malah dan al-Habilayn, menewaskan seorang prajurit dan melukai tiga lain," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP.
Seorang saksi mengatakan kepada AFP, dua penyerang terluka dalam penembakan balasan oleh militer dan dirawat di rumah sakit kota berdekatan Radfan.
Anggota-anggota Gerakan Selatan menginginkan pemisahan atau otonomi luas bagi kawasan yang dulu negara merdeka itu.
Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya protes menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh.
Minggu, seorang pemrotes anti-pemerintah tewas dan puluhan lain cedera akibat tembakan polisi selama demonstrasi di Taez, sekitar 200 kilometer sebelah selatan Sanaa, ibukota Yaman, kata petugas medis dan saksi.
Dengan kematian pemrotes itu, sudah hampir 100 orang tewas akibat penumpasan terhadap protes anti-pemerintah di negara Semenanjung Arab itu sejak akhir Januari, kata kelompok hak asasi manusia internasional.
Oposisi Yaman mendesak Saleh mengakhiri kekuasaan tiga dasawarsanya dan menyerahkan wewenang kepada deputinya untuk periode peralihan, namun usulan itu ditolak oleh pemimpin kawakan tersebut pada Minggu.
Sedikitnya 1.200 orang cedera Minggu di Taez, beberapa akibat tembakan peluru amunisi, ketika polisi menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan pemrotes, kata petugas medis di rumah sakit Al-Thawra, dan banyak dari mereka berada dalam kondisi serius.
Washington telah memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.
Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).
Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011