Brega, Libya (ANTARA News/Reuters) - Satu serangan udara NATO menewaskan 13 pemberontak Libya ketika mereka berusaha menguasai Brega sebelum pasukan yang setia kepada Muammar Gaddafi memukul mundur ke batas bagian timur kota minyak itu pada Sabtu.
Kepemimpinan pemberontak melukiskan kematian itu suatu kesalahan tak sengaja dan menyerukan serangan-serangan udara diteruskan terhadap pasukan Gaddafi, yang bersenjata roket dan senjata mesin.
Sebelumnya para pemberontak yang terlatih baik dan berpengalaman bertempur melawan pasukan Gaddafi di wilayah Brega tapi belum jelas apakah mereka bertahan di wilayah yang telah mereka kuasai atau mundur ke padang pasir. Para wartawan turut mundur ke arah timur bersama para pemberontak.
Seorang koresponden Reuters sebelumnya melihat sedikitnya empat kendaraan hangus terbakar, termasuk satu ambulan di tepi jalan dekat jalan masuk ke Brega.
Kaum pria berdoa di tempat pemakaman yang baru digali dan ditutupi bendera pemberontak berwarna merah, hitam dan hijau.
"Beberapa anggota pasukan Gaddafi menyelinap masuk di antara para pemberontak dan melepaskan tembakan antipesawat terbang ke udara," kata Mustafa Ali Omar, seorang pemberontak. "Setelah itu pasukan NATO datang dan membom mereka."
Para pemberontak di tempat kejadian mengatakan pemboman berlangsung sekitar pukul 22.00 waktu setempat Jumat.
Sebagian besar menyalahkan seorang agen Gaddafi yang menyebabkan serangan oleh NATO tetapi beberapa orang mengatakan para pemberontak lain menembak ke udara secara tak sengaja.
Tiga belas orang meninggal dalam pemboman itu dan tujuh lainnya luka-luka, kata juru bicara Dewan Nasional Hafiz Ghoga di Benghazi, kota di bagian timur Libya dan menyebutnya "insiden yang disayangkan."
Juru bicara lain dari pemberontak, Mustafa Gheriani berkata,"Anda harus melihat pada gambar besar. Kesalahan-kesalahan akan terjadi. Kami berusaha menyingkirkan Gaddafi dan akan ada korban walaupun ini tidak membuat kami gembira."
Menurut dia, kepemimpinan pemberontak masih mendukung serangan-serangan udara untuk melindungi warga sipil Libya.
"Kami senang melihat pasukan NATO melakukan apa yang menjadi tugas mereka -- melindungi warga sipil, memberlakukan gencatan senjata dan menciptakan situasi untuk mengizinkan protes damai," kata Gheriani.(*)
(Uu.M016)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011