Kami akan fokuskan di lima daerah sentra utama yakni Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur dan Musi Rawas

Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan menargetkan menjadi lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produksi pertanian dari sebelumnya 2,6 juta Gabah Kering Giling (GKG) menjadi 3,1 GKG pada 2021.

Gubernur Sumsel Herman Deru di Muaraenim, Senin, mengatakan, dengan peningkatan produksi tersebut maka Sumsel diharapkan dapat berada di peringkat tiga besar.

“Saat ini Sumsel masih berada di peringkat empat besar,” kata Herman Deru pada pembukaan Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan (PEDA KTNA) ke XIV tingkat Provinsi Sumsel di Lapangan Batu Tiking, Desa Pulau Panggung, Kecamatan Semende Darat Laut, Kabupaten Muara Enim, Senin.

PEDA KTNA ini diikuti 2.300 peserta yang merupakan anggota kelompok tani.

Dalam kesempatan itu, Herman Deru mengharapkan semua kepala daerah di Sumsel juga mendukung program pemerintah provinsi ini.

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan R. Bambang Pramono mengatakan, peluang peningkatan produksi itu sangat terbuka karena terdapat sejumlah daerah sentra produksi yang memiliki areal sawah yang luas tapi intensitas penanamannya masih rendah, yakni hanya satu kali dalam satu tahun.

“Kami akan fokuskan di lima daerah sentra utama yakni Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur dan Musi Rawas,” kata Bambang.

Pada 2020, Sumsel berada pada urutan kelima untuk produksi gabah secara nasional yakni 2,6 juta ton GKG, atau masih di bawah Sulawesi Selatan dengan 4,6 juta ton GKG, Jawa Barat 9,0 juta ton GKG, Jawa Tengah 9,6 juta ton GKG dan Jawa Timur 9,9 juta ton GKG.

Ia mengatakan dengan target 3,1 juta ton GKG pada 2021 itu, artinya Sumsel harus menambah sekitar 400 ribu ton GKG karena produksi tahun 2020 itu tepatnya 2.696.103 ton GKG.

Baca juga: Presiden sebut perlu lumbung pangan baru antisipasi krisis pangan

Potensi itu ada di Kabupaten Banyuasin (penghasil padi terbanyak di Sumsel) yang memiliki luas tanam 184.000 Ha karena indeks penanamannya masih 1,1, artinya pada musim kedua hanya 10 persen dari total lahannya yang ditanami kembali oleh petani.

“Jika ini dijadikan dua kali maka ada potensi peningkatan produksi yang besar di musim tanam kedua,” kata dia.

Ini juga yang mendorong keberanian Sumsel menargetkan peningkatan indeks penanaman menjadi 1,23 pada 2021 karena sementara ini setiap musim tanam kedua (April-September) hanya sekitar 23 persen dari luas lahan sawah yang digarap petani.


Baca juga: Gubernur: Bendungan bantu Sulsel menjadi lumbung pangan nasional


Peluang lainnya juga terbuka di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang merupakan produksi beras nomor dua di Sumsel dan nomor 15 secara nasional. Kabupaten ini memiliki keunggulan karena memiliki saluran irigasi dan luas lahan tanam yang cukup luas, dengan rata-rata melakukan dua kali tanam dalam satu tahun.

Selain itu, Sumsel juga tidak mengabaikan potensi dari Kabupaten Ogan Komering Ilir yang saat ini menjadi peringkat 24 untuk produksi beras secara nasional.

Sejauh ini, hanya dua daerah di Sumsel yang sudah bisa tiga kali tanam yakni OKU Timur dan Musi Rawas karena memiliki saluran irigasi. Sementara selebihnya masih mengandalkan alam seperti sawah rawa lebak dan sawah tadah hujan untuk pengairannya.


Baca juga: Banyuasin siapkan 118 hektare dukung program food estate

Baca juga: Sumsel siapkan lokasi lumbung pangan baru

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021