Korps Marinir TNI AL harus menjadi besar untuk menyongsong tugas-tugas yang semakin berat.

Jakarta (ANTARA) - Seusai upacara parade peringatan HUT ke-76 Korps Marinir TNI AL, Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono menegaskan, “Ke depan, sesuai dengan konsep kami, Korps Marinir TNI AL harus menjadi besar untuk menyongsong tugas-tugas yang semakin berat.”

Hal itu dia katakan di Lapangan Hitam Kesatrian Brigade Infantri 1 Pasukan Marinir 1 Korps Marinir TNI AL, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin.

Saat ini, Korps Marinir TNI AL sudah dimekarkan menjadi tiga Pasukan Marinir, yaitu Pasukan Marinir 1 di Jakarta, Pasukan Marinir 2 di Surabaya, dan Pasukan Marinir 3 di Sorong, Papua Barat.

Pemekaran organisasi ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 66/2019 tentang Susunan Organisasi TNI.

Yudi Margono menjadi inspektur upacara dengan didampingi Komandan Korps Marinir TNI AL Mayor Jenderal TNI (Mar) Suhartono sebagai tuan rumah. Berbeda dengan kebiasaan yang terjadi selama ini, upacara parade digelar dengan sangat sederhana tanpa peragaan kemampuan olah keprajuritan; alasan di balik itu adalah wabah virus Corona yang masih melanda Tanah Air.

Kesederhanaan itu sebetulnya juga terjadi pada peringatan HUT ke-75 Korps Marinir TNI AL pada 2020 upacaranya digelar secara singkat dan simbolistis di halaman depan Gedung Komandan Korps Marinir TNI AL, di Markas Komando Korps Marinir TNI AL, di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Saat itu, Margono juga menjadi inspektur upacara dan Suhartono menjadi tuan rumahnya.

Kebesaran Korps Marinir TNI AL, kata Margono, akan diwujudkan dengan menyeimbangkan sarana-prasarana, sistem kesenjataan, hingga jumlah personel, dan dukungan-dukungan lain di semua Pasukan Marinir itu. “Tentu ini harus didukung sistem kesenjataan yang sama di antara Pasukan Marinir itu, sehingga jika ada gangguan atau masalah di wilayah masing-masing, bisa ditangani. Hal ini tidak mudah, makanya secara bertahap ini akan dipenuhi agar semuanya sama,” kata dia.

Bicara tentang kepemimpinan Korps Marinir TNI AL, dia menyatakan, “Seperti pada HUT ke-75 lalu, Korps Marinir TNI AL juga akan dipimpin seorang jenderal bintang tiga, tinggal menunggu keputusan panglima TNI. Nanti tanya panglima TNI, kapan keputusannya dikeluarkan.”
Baca juga: Wakasal tinjau latihan operasi perang kota Marinir

Ia menyatakan, untuk mewujudkan hal-hal semacam itu jelas diperlukan sumber daya yang sangat banyak. “Ke depan, kami akan lengkapi, baik itu personel dan sarana-prasarana, sehingga bisa menyelesaikan semua tugas yang diberikan,” katanya lagi.

Saat ini, postur dan profil Korps Marinir TNI AL yang terwujud baru sekitar 62 persen dari yang diproyeksikan. “Tentu untuk menuju ke 100 persen harus dilaksanakan secara bertahap tergantung kemampuan negara dalam pemenuhan sistem kesenjataannya. Kalau dari jumlah personel, secara bertahap langsung kami tingkatkan, sehingga nanti bisa mencapai 100 persen. Perlu waktu dan perlu anggaran yang besar untuk itu,” kata dia.

Berbeda dengan organisasi induknya, TNI AL yang dipimpin seorang laksamana, maka Korps Marinir TNI AL dipimpin seorang jenderal marinir, mengingat secara tradisi Marinir adalah pasukan pendarat amfibi yang merebut dan mempertahankan teritorial darat memakai wahana proyeksi kapal perang melalui suatu operasi amfibi.

Saat ini, terdapat sekitar 22.500 personel Korps Marinir TNI AL, yang menunaikan dharma baktinya di seluruh Tanah Air dan luar negeri. Untuk meningkatkan moril pasukan yang bertugas di mana-mana itu, Margono mengadakan telekonferensi dengan perwakilan mereka. Di antara mereka adalah dengan Kapten Marinir M Hanif Fathoni, yang mewakili ke-167 temannya di Batalion Mekanis Kontingen Garuda UNIFIL di Lebanon.

Masih ada lagi personel-personel Korps Marinir TNI AL yang tergabung dalam Satuan Tugas MUPE I di Papua, yang bertugas menjaga perbatasan negara dan daerah-daerah rawan. Satuan Tugas MUPE I ini berasal dari Pasukan Marinir 2 Korps Marinir TNI AL, dengan wilayah tanggung jawab di Kabupaten Nduga dan Kabupaten Asmat.

Korps Marinir TNI AL adalah satu-satunya pasukan di tingkat komando utama matra yang panjinya diserahkan langsung oleh Presiden Soekarno pada 15 November 1959, dan panji itu dinamakan Panji Unggul Jaya. Kelak KKO menjadi Korps Marinir TNI AL pada 1975 dan kini menjadi komando utama pembinaan dan komando operasi TNI.

Di ASEAN hanya ada tiga negara yang memiliki Korps Marinir, yaitu Indonesia, Thailand, dan Filipina. Sedangkan di Asia, hanya sedikit negara yang memiliki Korps Marinir, di antaranya adalah Korea Selatan. Baru-baru ini Suhartono dengan beberapa stafnya melaksanakan kunjungan kerja ke Amerika Serikat untuk meningkatkan kerja sama pelatihan dan peningkatan kemampuan personel bersama Korps Marinir Amerika Serikat.
Baca juga: Kasal berikan motivasi kepada calon prajurit Marinir

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021