Merak (ANTARA News) - Sebanyak 56.132 ton beras impor dari Vietnam jenis premium II kembali masuk di Pelabuhan Bongkar Muat milik PT Indah Kiat Pulp and Papper (IKPP), Merak, Kota Cilegon, Provinsi Banten.
"Sejak kemarin beras impor itu bongkar di pelabuhan, setelah melalui proses administrasi," kata Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Intelijen pada Kantor Bea Cukai Tipe Madya Pabean, Merak, Pangestu Widiyanto, Kamis.
Dia menjelaskan, puluhan ribu ton beras impor dari Vietnam itu diangkut oleh 10 kapal diantaranya, MV Whale, MV Vinashin Ship, MV Oslo Bulks, MV Vien Dong 3, MV Golden Lotus, MV Dai Duong Sea, MV Binh Phuoch, dan MV Bi Ryu Gang.
Kapal-kapal yang mengangkut beras impor tersebut, katanya, tidak ada yang bermasalah. Dan bagi kapal yang belum melakukan bongkar muat, dikarenakan Pelabuhan PT IKPP dalam kondisi penuh.
Menurut Pangestu, kesemua kapal sudah menyerahkan manifesnya ke Kantor Bea dan Cukai untuk kemudian menunggu giliran guna melakukan bongkar muat.
"Semua kapal sudah menyerahkan manifesnya hari ini. Jadi, kalau ada impor beras besok atau lusa, itu sudah tidak bisa diterima," tuturnya.
Kepala Sub-Divre Bulog Serang, Budi Setiawan, menjelaskan, beras impor dari Vietnam yang telah melakukan bongkar, merupakan kiriman beras untuk Sub Divre Bulog DKI Jakarta.
"Beras itu semuanya masuk ke DKI, dan jatah untuk Sub Divre Serang sebanyak tujuh ribu ton. Dan semuanya sudah masuk ke gudang di Taktakan dan Ciruas," kata Budi menjelaskan.
Kebutuhan tujuh ribu ton itu akan dialokasikan untuk beras orang miskin atau Raskin.
"Kebutuhan tujuh ribu ton itu akan kami peruntukan empat bulan berturut-turut, dari bulan April sampai Juli," katanya menjelaskan.
Untuk per bulan masih menurut Budi, kebutuhan beras untuk masyarakat miskin di Kota Cilegon sebanyak 239,5 ton, Kabupaten Serang 1.451 ton, dan Kota Serang 305 ton.
"Kalau nanti di awal panen kedua, kebutuhan beras yanga da tidak memenuhi, mak kami jiuga akan meminta lagi ke Sub-Divre Bulog DKI, untuk kebutuhan Raskin," katanya menjelaskan. (MSR/Z002/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011