"Gempuran yang katanya untuk kemanusiaan itu menewaskan puluhan warga di beberapa lingkungan di Tripoli," kata Giovanni Innocenzo Martinelli, Vikaris Apostolik Tripoli.
"Saya mengumpulkan beberapa laporan saksi dari sejumlah orang terpercaya. Secara khusus, di lingkungan Buslim, akibat pemboman itu, sebuah bangunan warga runtuh, menyebabkan kematian 40 orang," katanya kepada Fides, kantor berita lengan misionaris Vatikan.
Pejabat Libya membawa wartawan asing ke tempat yang mereka katakan akibat serangan udara Barat di Tripoli, tapi bukti warga korban tidak meyakinkan.
Kekuatan Barat menyatakan tidak memiliki bukti pasti korban di kalangan rakyat akibat serangan udara, yang mereka lakukan di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi warga, yang terjebak dalam kemelut antara pasukan pemimpin Libya Muammar Gaddafi dengan pemberontak.
"Memang benar bahwa pemboman tampak cukup tepat pada sasaran, tapi juga benar bahwa ketika menghantam sarana tentara sasaran, yang berada di tengah lingkungan warga, penduduk juga terlibat," kata Martinelli.
"Kemarin, saya mengatakan bahwa pemboman menghantam, walau tak langsung, beberapa rumah sakit. Tepatnya, salah satu rumah sakit itu ada di Mizda," katanya, menyebutkan kota sekitar 145 kilometer barat daya ibu kota negara tersebut.
Martinelli menyatakan kehidupan di ibu kota Libya itu semakin sulit dari hari ke hari, sementara di jalanan, kebuntuan ketentaraan tampak berlangsung terus.
"Itu sebabnya saya mengatakan bahwa penyelesaian secara diplomatik adalah cara utama untuk mengahiri pertumpahan darah di antara rakyat Libya, dengan menawari Gaddafi jalan keluar bermartabat," katanya.
Paus Benediktus XVI pada Minggu menyeru pembicaraan segera secara damai di Libya, dengan mengatakan bahwa ia prihatin akan keselamatan warga di sana dan mendesak "rujuk" di seluruh Timur Tengah.
"Saya menyampaikan imbauan tulus kepada badan antarbangsa dan mereka dengan tanggung jawab politik dan militer untuk segera melakukan pembicaraan, yang akan menghentikan penggunaan senjata," katanya kepada jemaat di Vatikan.
"Saat dihadapkan dengan berita yang lebih mengemparkan dari Libya, keprihatinan saya meningkat atas keselamatan dan keamanan penduduk, seperti ketakutan saya akan keadaan, yang berkembang akibat penggunaan senjata," katanya.
"Pada saat ketegangan tertinggi, menjadi lebih mendesak untuk menggunakan setiap cara diplomatik dan mendukung tanda terlemah sekalipun dari keterbukaan dan kemauan rujuk dari semua pihak, yang terlibat," tambahnya.
Dalam pidatonya itu, Sri Paus juga menyebut kerusuhan di seluruh wilayah tersebut.
"Pikiran saya mengarah ke pihak berwenang dan warga Timur Tengah, tempat terjadi berbagai kekerasan bahwa jalan damai dan rujuk juga dapat dipilih untuk keberadaan bersama secara adil dan persaudaraan," katanya.
Sesudah gerakan tentara antarbangsa untuk memberlakukan wilayah larangan terbang di Libya, Paus pada Minggu sebelumnya mendesak pemimpin dunia menjamin keselamatan rakyat Libya dan menjamin bantuan kemanusiaan.
Harian resmi Vatikan "Osservatore Romano" sebelumnya menyatakan Prancis tergesa-gesa melancarkan gerakan tentara terhadap pemimpin Libya Gaddafi dan mengatakan terdapat "kebingungan besar" dalam siasat.(*)
(Uu.SYS/B002/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011