Kediri (ANTARA) - Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama dan Marketing Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) Heru Nugroho menyatakan di Kediri, Jawa Timur, banyak ditemukan prasasti yang bertuliskan Aksara Kawi.

Pihaknya mempunyai program merajut Indonesia melalui digitalisasi aksara Nusantara, sehingga berinisiatif untuk membuat program digitalisasi termasuk Aksara Kawi yang hingga kini masih proses guna melestarikan peninggalan budaya tersebut.

"Dari pelacakan Aksara Kawi ini di Prasasti Kediri, maka Kediri layak jadi Ibukota Aksara Nusantara, karena jejak Aksara Kawi di prasasti paling banyak di Kediri," katanya dalam acara Kongres Aksara Kawi di Kediri, Jawa Timur, Sabtu.

Ia juga menambahkan Aksara Kawi adalah induk seluruh aksara yang lahir di Nusantara. Untuk itu, pihaknya berniat menghidupkan kembali Aksara Kawi, sehingga bisa dipahami, diingat, dilestarikan dan diharapkan juga dipakai.

Baca juga: Wali Kota: Digitalisasi Aksara Kawi merawat tinggalan budaya

Baca juga: Aksara Kawi masuk dalam tabel Unicode pertengahan 2022

Salah satu caranya dengan memanfaatkan digital. Jika saat ini pesan di WhatsApp bisa diganti dengan bahasa lain misalnya Korea, Arab, saat ini aksara Nusantara belum satu pun kecuali yang diinstal. Padahal, harapannya bisa otomatis.

Demi mendukung digitalisasi Aksara Kawi, saat ini sedang diurus ke lembaga Unicode. Proposal juga sudah disusun diterima untuk Aksara Kawi.

Dengan didukung bukti-bukti dari hasil pelacakan prasasti, dokumentasi, sudah diterima oleh Unicode dan saat ini masih menunggu proses lebih lanjut di dalam negeri.

Di Indonesia, beberapa yang sudah didigitalisasikan saat ini di antaranya adalah Jawa, Sunda, Bali, Bugis atau Aksara Lontaraq, Jangang-jangang atau Aksara Makassar, Rejang, Batak dan lainnya.

"Niat kami ingin hidupkan kembali Aksara Kawi, dipahami, diingat, dilestarikan dan semoga dipakai," kata dia.

Heru Nugroho sebelum aktif mendukung pendaftaran aksara-aksara Nusantara ke Unicode, juga pernah menjadi Ketua Tim Kemenpora RI saat mendaftarkan pencak silat ke badan kebudayaan dunia UNESCO.

Akhirnya pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ditetapkan melalui sidang ke-14 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage diselenggarakan UNESCO di Bogota, Kolombia pada 9-14 Desember 2019.

FGD Road to Kongres Aksara Kawi - Kota Kediri 2022 dihadiri oleh narasumber Setya Amrih Prasaja filolog dari Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta sekaligus Ketua Tim Kongres Aksara Jawa I 2020, Ilham Nurwansyah konsultan aksara Nusantara dari PANDI, Risang Yuwono, Ketua Tobing Institute Yogyakarta; Arief Budiarta dari komunitas pegiat aksara Seja Jabung Yogyakarta; Diaz Nawaksara, Ketua Yayasan Pawiyatan Nawaksara; dan Henri Nurcahyo dari Komunitas Brangwetan.*

Acara tersebut digelar tiga hari, mulai 12-14 November 2021. Acara juga diikuti budayawan dari Kediri dan sekitarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kota Kediri Zachri Ahmad mengatakan kegiatan Kongres Aksara Kawi ini pertama kali digelar di Kediri. Acara diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Kediri dan sekitarnya.

Pihaknya juga mengapresiasi rencana digitalisasi Aksara Kawi tersebut. Dengan itu, anak-anak muda tentunya bisa belajar dan lebih mengetahui tentang budaya.

"Aksara Kawi ini bila dikatakan anak-anak sekarang belum tahu. Ini lalu dimunculkan, dibudayakan, sehingga mereka mengetahui seperti apa Aksara Kawi yang menjadi budaya bangsa kita itu dikenal oleh generasi sekarang," kata Zachri. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021