Ambon (ANTARA News) - Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease mengirimkan satu satuan setingkat peleton (SST) Brimob untuk meredam bentrok antara warga Portho dengan Haria di Pulau Saparua, Maluku, yang kembali terjadi Ratu petang (30/3).

"Kami sudah mengirimkan tambahan satu SST Brimob untuk membantu pasukan yang sudah dikirimkan sebelumnya guna mengamankan konflik antarwarga dua desa bertetangga itu," kata Kapolres Pulau Ambon, AKBP Djoko Susilo, kepada ANTARA di Ambon, Kamis.

Dia mengakui, situasi di lokasi kejadian sudah berhasil dikendalikan, sedangkan personel Brimob yang diterjunkan belakangan akan bertugas melakukan penyekatan di delapan titik perbatasan kedua desa bertetangga itu.

Dia menegaskan, saat bentrokan itu terjadi pukul 17.00 WIT, pihaknya langsung menerjunkan 25 personel Polsek Saparua, 24 personel Brimob BKO Samapta Polres Ambon, serta dibantu 15 personel Koramil setempat untuk mengendalikan situasi dan kondisi di lapangan agar bentrokan tidak meluas.

Dia membenarkan, aparat kepolisian terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan untuk menghentikan bentrok warga dua desa, sekaligus melakukan penyekatan agar bentrokan tidak meluas.

Setelah itu, katanya, pihaknya mengirimkan dua peleton Brimob, satu regu resimen mobil (resmob) serta satu SST Sabhara untuk memperkuat pengamanan yang sudah dilakukan di perbatasan kedua desa.

"Pagi ini situasi dan kondisi keamanan secara umum di Pulau Saparua, mulai kondusif dan aparat sudah mengamankan lokasi kejadian, sekaligus melakukan penyelidikan intensif terkait insiden bentrokan itu," katanya.

Tentang kronologis kejadian, Kapolres Susilo menegaskan bentrokan antarwarga itu bermula dari aksi penghadangan yang dilakukan sekelompok pemuda Desa Haria terhadap pemuda Desa Porto di perbatasan Desa Haria dengan Tiouw, Rabu (30/3) siang, pukul 12.00 WIT.

Penghadangan itu mengakibatkan sejumlah pemuda Desa Portho mengalami luka-luka ringan dan sembilan sepeda motor dirusak.

"Penghadangan pemuda Haria terhadap pemuda Portho dipicu isu seorang siswa desa Haria dianiaya di terminal Saparua, 26 Maret lalu hingga meninggal, padahal isunya sama sekali tidak benar," katanya.

Akibat penganiayaan itu, pemuda Portho kemudian melaporkannya kepada warga lainnya, sehingga berbuntut aksi penyerangan balasan mengakibatkan satu rumah milik warga Haria yang terletak di perbatasan terbakar.

Kapolres Susilo menegaskan, telah mengarahkan personel yang bertugas di lapangan untuk melakukan penyelidikan, terutama mengungkap aktor dibalik bentrokan antarwarga itu.

"Saya sudah mengarahkan personel untuk menyelidiki oknum-oknum yang mengembangkan isu sesat itu sehingga terjadi bentrokan antarwarga dua desa bertetangga itu," katanya.

Dia mengimbau warga kedua desa untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi isu-isu menyesatkan, karena persoalan itu akan diusut hingga tuntas, termasuk menghukum oknum-oknum yang terlibat di balik bentrokan tersebut.

(KR-JA/A041/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011