Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Eliana Sari mengatakan perlu lebih banyak mewujudkan sekolah ramah anak di Tanah Air yang jauh dari kekerasan seksual.
"Pada sekolah anak harus ramah anak dan harus jauh dari kekerasan seksual," kata Eliana dalam Peluncuran dan Bedah Buku Sekolah Ramah Anak: Mengasah Emas Menjadi Berlian secara virtual di Jakarta, Sabtu.
Eliana menulis buku Sekolah Ramah Anak bersama dengan Komisioner KPAI yang juga dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Bogor Jasra Putra, Guru Besar Pascasarjana UNJ Makruf Akbar, dan dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Suhardin.
Eliana menuturkan sekolah ramah anak harus memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak-anak dari segala aspek yang membuat mereka merasa ketakutan seperti kekerasan atau hak mereka tidak diakomodasi dengan baik.
Baca juga: Menteri PPPA minta pengelola ponpes tegakkan aturan sekolah ramah anak
Baca juga: Koalisi LSM serukan penghentian kekerasan pada anak di sekolah
Menurut dia, memberikan rasa nyaman, aman dan bahagia kepada anak adalah kolaborasi dari lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau manajemen sekolah dan lingkungan masyarakat.
Buku tersebut fokus sekolah ramah anak dari sejumlah aspek antara lain aspek konsep, tujuan, dan kebijakan.
Ia berharap ke depan akan dapat dihasilkan buku tentang manajemen sekolah ramah anak dan model sekolah ramah anak yang baik diterapkan untuk mendukung tumbuh kembang anak dalam proses pendidikan.
Ketua STKIP Muhammadiyah Bogor Edy Sukardi mengatakan anak harus dijaga, dipelihara dan tumbuh kembang dengan baik, dan semua proses itu perlu didukung semua pihak.
"Untuk dapat generasi yang kuat harus ada ikhtiar dari kita semua untuk bisa mengantarkan dan melahirkan anak-anak yang kuat, cerdas dan saleh," ujarnya.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengapresiasi buku tersebut dan mengatakan untuk mewujudkan tumbuh kembang anak yang optimal maka perlu bantuan orang dewasa.
Kalau anak selalu dikritik, dicela, dirundung, mendapatkan kekerasan maka anak seperti bunga yang layu sebelum berkembang. Itu menyebabkan tumbuh kembang anak tidak optimal dan tidak mencapai kualitas yang maksimal.
Oleh karena itu, lingkungan tempat tumbuh kembang anak baik di keluarga, sekolah atau lembaga pendidikan dan masyarakat harus bisa bersinergi mendorong optimalisasi tumbuh kembang anak.*
Baca juga: Pelangi impian bangsa bangun 128 perpustakaan sekolah di NTT
Baca juga: Menteri PPPA deklarasi sekolah ramah anak di Kabupaten TTS
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021