Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Rabu, mengatakan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) negara China, China Gezhouba Group International Engineering Co,LTD (CGGC) menjadi investor yang akan membangun PLTA Karama berkekuatan 600 megawatt di Desa Karama, Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju.
Ia mengatakan, BUMN China tersebut merupakan perusahaan besar yang sebelumnya juga telah membangun PLTA di negaranya dengan kekuatan sekitar 31.000 megawatt, selanjutnya investor China itu akan membangun PLTA Karama di Provinsi Sulbar.
Menurut dia, setelah melakukan survei selama 50 hari ternyata investor itu butuh relokasi 9.000 warga Kecamatan Bonehau yang bermukim di sekitar Sungai Karama yang mengalir di wilayah itu, untuk membangun PLTA Karama.
"Hal tersebut tidak bisa dihindari pemerintah di Sulbar, karena telah menjadi keinginan investor China yang menyatakan untuk membangun PLTA Karama maka 9.000 warga Bonehau yang bermukim di sekitar sungai harus direlokasi terlebih dahulu," katanya.
Gubernur mengatakan, investor tersebut telah berjanji sebelum merelokasi 9.000 jiwa penduduk Kecamatan Bonehau maka terlebih dahulu akan membangun pemukiman bagi mereka sebagai relokasi warga sehingga menurutnya masyarakat tidak akan dirugikan.
Menurut dia, pembangunan PLTA Karama merupakan program pemerintah pusat untuk mengatasi masalah kelistrikan yang ada di Pulau Sulawesi yang kondisi listriknya seperti Pulau Jawa pada tahun 1978 sehingga tidak mungkin ditolak pemerintah di Sulbar.
"Tidak akan ada yang dirugikan meski 9.000 masyarakat Sulbar harus tergusur karena nantinya akan dibangunkan pemukiman yang baru lagi untuk menjadi pemukiman mereka ditempat yang sudah ditentukan tidak jauh dari lokasi mereka digusur," katanya.
Ia meminta masyarakat tidak menolak rencana pembangunan PLTA Karama meski harus ada dikorbankan dengan cara digusur karena itu juga demi kepentingan pembangunan di Sulbar.
"Pasti masyarakat menolak saya yakin itu, tetapi saya minta itu jangan dilakukan karena pembangunan PLTA Karama merupakan kepentingan pembangunan di daera ini," katanya. (MFH/F003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011