Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan tambang batubara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sepanjang 2010 membukukan pendapatan bersih konsolidasi sebesar 2,72 miliar dolar AS atau meningkat 4,9 persen dibandingkan 2009.

Peningkatan ini didukung oleh peningkatan volume produksi dan penjualan masing-masing sebesar 4 persen dan 6 persen, walaupun harga jual rata-rata menurun 3 persen.

Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir dalam siaran pers yang diterima ANTARA, Rabu mengatakan, walaupun curah hujan yang abnormal berdampak buruk terhadap kegiatan operasional, namun perseroan mampu mempertahankan pertumbuhan.

"Selain mencatat pertumbuhan produksi, ADRO juga mampu mempertahankan rekam jejak pertumbuhan produksi tahunan selama sembilan belas tahun," ujarnya.

Meski demikian perolehan laba bersih ADRO sepanjang 2010 menurun 42 persen menjadi 243 juta dolar AS. Sehingga laba bersih per saham (EPS) juga ikut turun dari Rp 136,5 menjadi Rp 69 per saham.

Menanggapi penurunan laba bersih itu, Sekretaris Perusahaan ADRO, Devindra Ratzarwin mengatakan, penurunan itu lebih disebabkan oleh faktor yang diluar kendali perusahaan, seperti cuaca/hujan yang abnormal.

"Faktor hujan yang abnormal ini menyebabkan kegiatan operasional dan pasokan batubara perusahaan terganggu, sehingga perseroan harus menngeluarkan biaya tambahan yang cukup besar,"katanya.

Cuaca yang abanormal ini lanjutnya menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya "demurrage" (biaya kelebihan waktu berlabuh) sebesar 64 juta dolar AS, dimana 34 juta dolar itu masuk biaya pos luar biasa.

Selain itu juga perusahaan terkena denda akibat tidak tepat waktu dalam memasok kebutuhan batubara pelanggannya, yang disebabkan cuaca yang abnormal tersebut.

Devindra optimis tahun ini kinerja keuangan perusahaan akan lebih baik lagi mengingat prospek dan pertumbuhan permintaan batubara yang tinggi. "Selain itu juga harga batubara akan meningkat seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia,"ujarnya.

Dia memperkirakan pada tahun ini perseroan mampu memproduksi batubara 46 sampai 48 juta ton. Tahun 2010 produksinya hanya 42,2 juta ton.

Selain itu EBITDA 2011 (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) diperkirakan sebesar 1,1 sampai 1,3 miliar dolar atau naik 47 persen ketimbang EBITDA 2010 sebesar 884 juta dolar.

"Dengan kondisi keuangan yang solid memungkinkan perusahaan melakukan akuisisi pada tahun ini terhadap 3 cadangan potensial batubara yang ada di Indonesia," katanya.(*)
(T.B008/B/B008/B008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011