Agar produktivitas tidak bermasalah, kita perlu menampung air ketika sedang mengalami curah hujan tinggi seperti yang sedang terjadi saat ini

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan inovasi dan pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat guna menjadi salah satu kunci dalam mengantisipasi dan memitigasi dampak fenomena La Nina pada sektor pangan.

Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan antisipasi dini terhadap iklim ekstrem telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui berbagai upaya yang salah satunya adalah membuat strategi brigade La Nina.

Mentan SYL mengungkapkan bahwa pentingnya membangun sistem peringatan dini secara daring dan melakukan koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika untuk memetakan wilayah langganan yang berpotensi mengalami dampak iklim ekstrem seperti banjir dan kekeringan, serta hama penyakit.

"Agar produktivitas tidak bermasalah, kita perlu menampung air ketika sedang mengalami curah hujan tinggi seperti yang sedang terjadi saat ini. Jangan biarkan air hujan terbuang percuma sampai di laut. Untuk itu, kita harus memperbanyak embung di setiap daerah untuk menampung air hujan guna menghadapi kemarau panjang sesudah ini," katanya.

Langkah selanjutnya, menurut Mentan, adalah menciptakan varietas yang toleran terhadap perubahan cuaca ekstrem, sehingga dapat menggunakan benih unggul yang tahan kekeringan saat kemarau dan tahan genangan saat musim hujan.

"Saya berharap riset, sains, dan teknologi serta mekanisasi pertanian harus diperbanyak segera. Sehingga penerapan teknis budi daya ramah lingkungan, bebas residu, sesuai kontur tanah, memperhatikan kearifan lokal," kata Syahrul.

Peneliti Balai Penelitiaan Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) Kementerian Pertanian Aris Pramudia mengungkapkan bahwa tiak setiap daerah akan mengalami dampak yang sama akibat anomali La Nina. Diperkirakan setiap daerah mengalami dampak yang berbeda, mulai dari dampak ekstrem, ringan, bahkan ada yang tidak terdampak, sehingga setiap pemangku kepentingan perlu memahami pola La Nina di daerahnya masing-masing.

"Untuk itu, kita perlu melakukan komunikasi dan mengikuti perkembangan perubahan dan keragaman iklim selama musim hujan tahun 2021 2022 dan siap melakukan antisipasi setiap saat. Selain itu, memilih inovasi dan teknologi juga dapat mengantisipasi atau mengurangi dampak negatif anomali La Nina terhadap pertanian," kata dia.

Baca juga: Pakar pertanian Unnes apresiasi langkah Kementan antisipasi La Nina
Baca juga: Pupuk subsidi ada 1,32 juta ton untuk musim tanam Oktober-Maret
Baca juga: BNPB bagikan strategi penanganan bencana dampak La Nina

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021