London (ANTARA News) - Para peneliti menemukan bahwa anak pertama lebih cenderung mengalami alergi daripada adik-adiknya.
Daily Mail mengungkapkan, para ilmuwan Jepang menemukan bahwa kelahiran membangun sistem kekebalan dalam rahim yang ditransfer ke bayi.
Itu artinya anak kedua dan ketiga cenderung lebih sedikit mengalami alergi serbuk bunga atau alergi makanan.
Para ilmuwan mensurvei para orang tua dari 13.000 anak sekolah berusia tujuh hingga 15 tahun, dan menanyakan urutan anak mereka dan apa alergi yang mereka alami.
Penemuan itu menunjukkan empat persen dari anak pertama menderita rhinitis, belek dan alergi makanan dibandingkan dengan 3,5 persen anak kedua. Sementara, hanya 2,6 persen dari anak ketiga menderita alergi.
"Sudah dibuktikan bahwa individu dengan urutan kelahiran meningkat memiliki risiko alergi lebih kecil," Dr Takashi Kusunoki, yang memimpin penelitian untuk Shiga Medical Center for Children dan Universitas Kyoto di Jepang.
"Bagaimanapun juga, pentingnya pengaruh mungkin berbeda pada penyakit alergi. Evaluasi lebih lanjut harus menjelaskan peran dari lingkungan sebelum dan sesudah kelahiran dalam perkembangan alergi masa kanak-kanak."
Alasa lain kenapa anak yang lahir selanjutnya memiliki sistem kekebalan lebih kuat dikenal sebagai "hipotesis kesehatan".
Para ilmuwan mengatakan mereka yang baru pertama kali menjadi orang tua merasa gugup, mereka mensterilkan rumah mereka dengan berlebihan untuk anak pertama mereka, sementara anak yang lahir berikutnya membangun sistem kekebalan setelah terpapar lebih banyak kuman di sekitar rumah.
"Saat kelahiran pertama datang, tidak ada saudara yang lebih muda dan mereka mendapat 100 persen perhatian orang tua. Itu tampaknya mencerminkan tidak hanya perbedaan IQ tetapi kelahiran pertama pada dasarnya melakukan hal-hal yang bernilai keluarga," Dr Frank Sulloway, seorang pakar dalam urutan kelahiran dari University of California.
Sementara alergi makanan dan serbuk bunga tergantung pada urutan kelahiran, para ilmuwan menemukan semua anak memiliki risiko pengembangna asma dan eksim yang sama.
(ENY)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011