Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan mengatakan harga minyak yang cenderung meningkat dapat membebani subsidi energi BBM serta menambah defisit anggaran.
"Selama pemerintah belum mampu meningkatkan anggaran maka kenaikan harga minyak dapat membebani subsidi BBM dan defisit anggaran," ujarnya dalam paparan dampak krisis politik di Afrika Utara dan Timur Tengah terhadap Indonesia di Jakarta, Selasa.
Apalagi, lanjut dia, dengan kemungkinan target lifting minyak yang tidak mencapai 970 ribu barel per hari maka hal tersebut akan menambah defisit anggaran dari angka 1,8 persen.
"Kalau asumsi lifting tidak tercapai 10 ribu barel per hari akan menambah defisit sebesar hingga 0,3 juta dolar AS, apalagi harga minyak cenderung naik," ujar Fauzi.
Salah satu solusi yang dimungkinkan agar kenaikan harga minyak tidak membebani anggaran, menurut dia, pemerintah dapat mengharapkan adanya peningkatan penerimaan perpajakan dari perusahaan batubara dan minyak sawit (CPO).
"Kenaikan harga minyak biasanya diikuti dengan kenaikan harga batubara dan CPO dan dengan asumsi itu prospek kenaikan pajak dari perusahaan batubara dan CPO sangat besar," ujarnya.
Selain itu, penguatan rupiah yang terus terjadi dan penyerapan anggaran yang lambat dapat sedikit membantu untuk menekan defisit anggaran yang menurut prediksi pada 2011 mencapai 1,5 persen.
Sementara, ia mengharapkan agar penyelundupan dan penimbunan BBM seperti ketika ada kenaikan harga BBM pada 2005, dapat diminimalisir agar tidak menimbulkan kontraksi fiskal yang berlebihan.
Dalam paparan tersebut, Fauzi juga menjelaskan apabila rata-rata harga minyak dunia meningkat hingga 105 dolar AS per barel, jauh dari asumsi 80 dolar AS per barel, maka hingga akhir tahun pertumbuhan ekonomi diprediksi mencapai 6,5 persen dengan laju inflasi sebesar 7 persen.
"Namun kecenderungannya apabila harga minyak rata-rata mencapai 120, 150 hingga 200 dolar AS per barel maka laju pertumbuhan turun menjadi 6,4, 6,1 hingga 5,5 persen," ujarnya.
Menurut dia apabila harga minyak dunia rata-rata mencapai 200 dolar AS per barel maka defisit anggaran diperkirakan akan mencapai 2,5 persen dengan laju inflasi mencapai 10 persen.(*)
(T.S034/B012)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011