Jakarta (ANTARA) - Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Muhammad Ali Yusuf mengatakan di bawah kepemimpinan KH Said Aqil Siroj NU aktif dalam mengatasi perubahan iklim global.
"Sebagai organisasi masyarakat sipil, PBNU menyadari keterlibatan peran serta masyarakat dalam merawat dan mengatasi pemanasan global sangat dibutuhkan. Capaian tersebut terlihat nyata di masa kepemimpinan Kiai Said Aqil Siroj," kata Ali dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Kiai Said sendiri, lanjut Ali, juga sangat aktif terlibat mengatasi perubahan iklim dunia melalui kampanye penanganan krisis iklim global bersama tokoh agama dari berbagai negara di dunia.
"Sebagai orang yang menemani Kiai Said melakukan pertemuan dengan para tokoh, saya menyaksikan betul bagaimana Kiai Said mendorong supaya agama dapat memaksimalkan ajakan melindungi semua manusia di bumi dengan cara mengatasi krisis yang terjadi," tutur Ali.
Menurut Ali, keaktifan Kiai Said dalam mengampanyekan lingkungan hidup diapresiasi dunia internasional.
Dunia memberikan kepercayaan kepada pengasuh pesantren Al-Tsaqafah ini sebagai dewan pengarah Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP), sebagai kolaborasi multipihak yang bertujuan mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan Indonesia pada tahun 2025.
Baca juga: GP Ansor harapkan regenerasi ketua umum PBNU dalam muktamar mendatang
Baca juga: PBNU putuskan Muktamar ke-34 akan digelar pada 23-25 Desember
"Satu-satunya pemimpin ormas Islam yang ada di situ, ya, Kiai Said. PBNU mendukung upaya pemerintah mengurangi sampah plastik yang mencemari laut Indonesia," ujarnya.
Menurut Ali, saat pertemuan dengan para tokoh dunia Kiai Said menegaskan bahwa tidak ada cara lain untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan hidup selain melindungi alam semesta serta tidak melakukan kerusakan di muka bumi.
Selaras dengan pandangan Kiai Said itu, setidaknya ada tiga peran dan kontribusi utama NU dalam environmental sustainability atau kelestarian lingkungan hidup.
Pertama, kata Ali, menyusun konsep fikih sosial atau lingkungan hidup. Pada 80-an, untuk pertama kalinya NU membuat konsep fikih lingkungan hidup.
Kedua, membahas tema-tema krisis lingkungan hidup dalam bahtsul masail, yakni forum yang membahas berbagai masalah dari sudut agama.
"Sejak tahun 90-an NU sangat giat mendiskusikan tema-tema tentang kelestarian hidup seperti peran dan tanggung jawab negara dan masyarakat dalam menjaga lingkungan," ucap dia.
Ketiga, lanjut Ali, membentuk lembaga lingkungan hidup yang diberi nama Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU).
Pembentukan lembaga ini disepakati pada Muktamar Ke-32 NU di Makassar tahun 2010. LPBI NU kemudian dikukuhkan dan ditetapkan pada rapat pleno harian PBNU.
"Lembaga ini merupakan perpanjangan tangan NU dalam bidang penanggulangan bencana, perubahan iklim, dan pelestarian lingkungan," demikian Ali.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021