Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Jerman menyerahkan berbagai peralatan pemantau gempa dan tsunami yang ada di perairan Indonesia ke dalam sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).
"Dengan demikian keberlangsungan berbagai peralatan yang selama ini merupakan bantuan pemerintah Jerman kini menjadi tanggung jawab kita," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Suhardjono di sela Transfer of Ownership of German TEWS kepada Kementarian Ristek di kantor BMKG Jakarta, Selasa.
Berbagai peralatan yang diserahkan kepemilikannya tersebut seperti seismograf yang pengelolaannya berada di bawah tanggung jawab BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), Global Positioning System (GPS) dan Tide Gauge di bawah Bakosurtanal dan Buoy di bawah BPPT.
"Dari total 160 seismograf dalam sistem InaTEWS, 21 seismograf di antaranya merupakan bantuan pemerintah Jerman, 15 dari Jepang, 10 dari China dan enam milik Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) PBB," katanya.
Sejak gempa Aceh 9,3 SR pada 2004, Jerman merupakan negara pertama yang menyatakan membantu Indonesia sekaligus memberi sumbangan terbesar, ujarnya.
Bantuan Jerman itu dimulai dengan ditandatanganinya Joint Declaration oleh Menristek RI dan Menteri Pendidikan dan Riset Jerman (BMBF) pada 14 Maret 2005 di Jakarta.
Melalui proyek German Indonesia Tsunami Early Warning System (GITEWS) dimulailah bantuan Jerman yang meliputi berbagai aspek TEWS, yakni sistem monitoring seismik, tide gauge, buoys, pembangunan kapasitas hingga sistem diseminasi.
Jaringan InaTEWS yang dibangun Indonesia bersama Jerman dan berbagai negara lain telah membentuk suatu sistem yang mampu memberi peringatan dini tsunami dalam waktu lima menit setelah gempa terjadi di wilayah Indonesia, ujarnya.
Peringatan dini tsunami itu juga akan dilengkapi peta bahaya daerah pantai yang terancam tsunami meliputi perkiraan waktu tiba dan ketinggian tsunami.
Meskipun seluruh peralatan diserahkan namun Jerman masih akan melanjutkan transfer teknologi dengan pendidikan, pelatihan dan peningkatan kapasitas hingga tiga tahun ke depan.
Sistem utama penentu parameter sumber gempa adalah SeisComp3, produk Jerman, demikian pula model penjalaran tsunami di Samudra Hindia serta sistem integrasi dengan sistem pengamatan lainnya yang terpadu dan dinamakan Decision Support System (DSS).
Dalam acara tersebut Jerman diwakili Wakil Menteri BMBF Thomas Rachel sedangkan dari Indonesia hadir Menristek Suharna Surapranata dan Kepala BMKG Sri Woro.
(D009)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011