Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida berharap pasar modal syariah dapat berperan dalam mendukung agenda yang diusung G-20, yang salah satunya adalah terkait keuangan berkelanjutan atau sustainable finance.
"Sebetulnya agenda tersebut bukan hal yang baru di pasar modal syariah. Hal ini sudah terdapat di roadmap pasar modal syariah 2020-2024. Salah satu program pengembangan produk syariah yaitu pengembangan produk pasar modal syariah berbasis socially responsible investment," ujar Nurhaida dalam pembukaan Sharia Investment Week 2021 di Jakarta, Kamis.
Ia menyampaikan, saat ini sudah terdapat produk pasar modal syariah yang terkait sustanaible finance, yaitu green sukuk global dan green sukuk ritel yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia melalui perusahaan penerbit Surat Berharga Syariah Negara atau SBSN.
"Di masa mendatang, diharapkan terdapat green sukuk atau efek syariah lain yang bertemakan sustainable finance yang diterbitkan oleh korporasi," kata Nurhaida.
Di tengah pandemi COVID-19 yang masih belum berakhir dan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi pasar modal global, pasar modal syariah masih mampu bertahan dan secara umum menunjukkan kinerja yang terus membaik. Menurut Nurhaida, berbagai capaian yang diraih seperti pertumbuhan investor pasar modal syariah yang sangat signifikan selama periode pandemi juga merupakan hal yang patut disyukuri.
Data per 30 September 2021 menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan efek saham syariah tumbuh 45,95 persen year to date (ytd) sehingga menjadi 1.060.704 investor. Sementara itu, jumlah kepemilikan reksa dana syariah tumbuh 66,69 persen (ytd) sehingga menjadi 805.867 investor dan jumlah kepemilikan sukuk korporasi tumbuh 26,68 persen menjadi 945 investor.
Data statistik produk per 29 Oktober 2021 menunjukkan nilai kapitalisasi saham syariah sebesar Rp3.683 triliun, nilai sukuk korporasi outstanding sebesar Rp34,98 triliun, nilai sukuk negara outstanding sebesar Rp1.152 triliun, dan nilai aktiva bersih reksa dana syariah sebesar Rp40,95 triliun.
Selanjutnya, dari 40 emiten baru yang melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham maupun EBUS selama 2021, sampai dengan 6 November 2021, terdapat 30 emiten saham yang sahamnya memenuhi kriteria Daftar Efek Syariah, serta satu emiten yang melakukan penawaran umum sukuk.
"Atas pencapaian yang secara umum meningkat tersebut, kami sangat mengapresiasi seluruh insan pasar modal yang telah berperan aktif mendukung pertumbuhan pasar modal syariah di Indonesia agar terus berperan dalam menggerakkan roda perekonomian nasional," ujar Nurhaida.
Nurhaida menambahkan, upaya untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional melalui sektor pasar modal juga harus diiringi dengan peningkatan literasi. Hal itu mengingat masih banyak investor pemula yang belum memahami risiko berinvestasi di pasar modal.
"OJK bersama Self-Regulatory Organizations dan seluruh pelaku pasar modal terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat serta terus mengupayakan peningkatan pengetahuan investasi pada instrumen keuangan, agar investor memiliki pemahaman yang memadai dalam membuat keputusan investasi," ujar Nurhaida.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021