Latakia, Suriah (ANTARA News) - Pasukan keamanan Suriah berjuang memulihkan keadaan di kota Latakia di bagian utara negeri itu, Ahad (27/3), setelah dua hari kekacauan yang menewaskan 14 orang dan melukai lebih dari 150 orang.
Tentara telah digelar dalam jumlah besar di Latakia, kota pelabuhan yang memiliki warga dengan beragam agama dan terletak 350 kilometer di sebelah barat-laut Damaskus, sebagai reaksi atas gelombang kerusuhan yang telah membuat Presiden Bashar Al-Assad menghadapi tekanan yang tak pernah ada sebelumnya, demikian AFP melaporkan.
Pemerintah telah menuduh kelompok fundamentalis berusaha menyulut kerusuhan sektarian di kota tersebut.
Sebanyak 13 orang secara resmi telah dikonfirmasi tewas akibat luka tembak yang melibatkan penembak jitu sejak Jumat (25/3). Dua korban dikuburkan pada Ahad.
Beberapa pejabat telah mengatakan lebih dari 30 orang telah dikonfirmasi tewas dalam kerusuhan itu, sejak gelombang kerusuhan mulai meletus awal Maret, di tengah seruan bagi pembaruan besar di negeri tersebut, yang dikuasai oleh partai Baath sejak 1963.
Namun para pegiat mengatakan lebih dari 126 orang telah tewas, dan penambahan 100 korban tewas pada Rabu (23/3) saja dalam penindasan terhadap pemrotes di Dara`a, kota suku di bagian selatan negeri itu yang telah jadi lambang ketidak-puasan.
Jalan-jalan di Latakia, tempat tinggal 450.000 orang, sepi sama sekal pada Ahad dan semua toko tetap tutup.
Bangunan di pusat perdagangan memperlihatkan tanda kerusakan dan bekas terbakar, sementara penduduk mengatakan mereka tinggal di dalam rumah karena khawatir terhadap babak baru kerusuhan mematikan yang mencengkeram kota tersebut pada akhir pekan.
"Putriku dan suaminya berjalan menyusuri jalan di dekat Masjid Khaled ibn Walid di sini di kota kami, ketika lututnya cedera oleh peluru penembak gelap," kata seorang perempuan di samping ranjang putrinya di rumah sakit yang dikelola pemerintah.
"Kaki kirinya telah diamputasi," katanya.
Penduduk juga berbicara mengenai gerombolan penjarah yang bersenjatakan tongkat dan pisau, penembakan dari dalam kendaraan yang melaju ke rumah sakit yang dikelola pemerintah tersebut Ahad pagi dan penjahat ganas yang memukuli orang di jalan.
Kerusuhan di seluruh Suriah telah membuat Presiden Bashar Al-Assad menghadapi tekanan berat. Bashar menggantikan ayahnya Hafez Al-Assad setelah ayahnya meninggal pada 2000, dan Presiden yang berusia 45 tahun itu dijadwalkan menyampaikan pidato terbuka dalam beberapa hari ke depan.
Pemerintah telah mengumumkan serangkaian pembaruan dalam upaya menarik hati pemrotes, termasuk pembebasan tahanan dan rencana memperbarui hukum mengenai media dan pemberian izin kepada partai politik.
Suriah juga telah memutuskan untuk mencabut peraturan darurat di negeri tersebut, yang ditetapkan pada Desember 1962 dan berlaku sejak Partai Baath berkuasa pada Maret 1963.
Partai itu menerapkan pembatasan bagi gerakan dan pertemuan terbuka dan mensahkan penangkapan "tersangka atau orang yang mengancam keamanan".
Peraturan tersebut juga mensahkan interogasi terhadap setiap orang dan pengawasan komunikasi perorangan serta pengendalian resmi isi surat kabar dan media lain sebelum diterbitkan.
Tapi pemrotes telah berikrar akan terus turun ke jalan sampai semua tuntutan mereka bagi kebebasan lebih besar dipenuhi. (C003/A011/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011