Mantan presiden Mesir Hosni Mubarak (82), mengundurkan diri pada 11 Februari setelah dua pekan aksi protes yang menentang kepemimpinan 30 tahunnya. Aksi protes tersebut mengorbankan lebih dari 360 jiwa dan sekitar 5.500 orang luka-luka, demikian RIA Novosti-OANA melaporkan.
Pemilihan presiden sedianya direncanakan pada akhir 2011.
Dewan Tertinggi Militer Mesir, yang menjalankan pemerintahan sementara di negara itu, mungkin menunda pelaksanaan pemilu, menurut harian itu.
"Ada kecenderungan yang kuat di antara kalangan Dewan Militer untuk menggelar pemilihan parlemen pada September dan menunda pelaksanaan pemilihan presiden hingga Juni 2012, sehingga konstitusi baru dapat tersusun sebelum pemilihan presiden," kata harian itu yang mengutip beberapa sumber.
Sebelumnya pada bulan ini, rakyat Mesir menyetujui perubahan konstitusi yang akan membolehkan pemerintah militer Mesir untuk bergerak dengan cepat mempersiapkan pemilu.
Perubahan tersebut akan memudahkan kandidat independen yang ingin maju dalam pemilihan presiden, mengembalikan fungsi pengawasan badan peradilan secara penuh terhadap pemilu, membatasi masa jabatan presiden menjadi dua periode kepresidenan (masing-masing empat tahun), dan memberikan sebuah jajak pendapat publik dalam masa darurat nasional yang bertahan selama lebih dari enam bulan. (PPT/M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011