Jakarta (ANTARA News) - Kongres PSSI di Hotel Premiere Pekanbaru pada 25-26 Maret dengan agenda utama pembentukan Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan Pengurus PSSI periode 2011-2015 berlangsung penuh liku.
Dalam kongres yang dikendalikan langsung oleh mayoritas pemilik suara bukan PSSI seperti kongres-kongres sebelumnya itu menghasilkan tiga keputusan besar yang diharapkan mampu membawa perubahan di tubuh asosiasi sepak bola Indonesia itu.
Tiga keputusan besar itu adalah mampu membentuk Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan yang mengindahkan salah satu pasal peraturan organisasi (PO) PSSI yaitu menolak calon-calon yang telah disiapkan oleh PSSI.
Keputusan kedua adalah melakukan revisi standar statuta PSSI terutama pasal 35 yang berkaitan dengan syarat untuk diajukan menjadi bakal calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum serta anggota Komite Eksekutif (EXCO) PSSI.
Hasil ketiga adalah melakukan pemutihan sanksi terhadap semua orang atau institusi yang terlibat dalam Liga Primer Indonesia (LPI) maupun yang terkena sanksi lain dari PSSI.
"Tiga keputusan besar itu telah disetujui oleh 78 dari 100 pemilih suara sah PSSI. Dengan demikian, keputusan yang ada bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya," kata pimpinan kongres Usman Pakaubun di Pekanbaru, Minggu.
Menurut dia, dari tiga keputusan besar yang ada, keputusan pembentukan Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan adalah yang paling ditunggu-tunggu karena hal ini akan menjadi langkah dalam menentukan masa depan PSSI.
Komite ini akan bertanggung jawab dalam pelaksanaan Kongres Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Umum serta anggota EXCO PSSI periode 2011-2015 yang sesuai instruksi dari FIFA harus dilaksanakan maksimal 30 April mendatang.
Adapun susunan Komite Pemilihan hasil kongres Pekanbaru yang tidak melibatkan pihak kesekretariatan PSSI adalah Harbiansyah Hanafiah (Ketua), Wisnu Wardhana (Wakil Ketua), Hadiyandra (Sekretaris) dan M. Yasin, Dirk Soplanit, Usman Pakaubun, Erizal Anwar (Anggota).
Untuk Komite Banding Pemilihan telah ditentukan tiga tim utama yaitu Ahmad Riyadh (Ketua), Umuh Muchtar (Wakil Ketua) dan Rio Dinamore (Anggota). Sedangkan dua orang anggota pengganti yaitu Muchdar dan Abdullah Pala.
Usman menambahkan dengan tuntas kongres di Pekanbaru pihaknya langsung mengirimkan hasil kongres ke FIFA. Selain itu hasil kongres juga dikirim ke AFC, pemerintah dalam hal ini Menpora serta KONI.
Dengan ditetapkannya Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan maka tahapan kongres dengan agenda pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Umum serta anggota EXCO PSSI harus berjalan.
"Kami langsung bekerja sesuai dengan program yang ada. Dalam dua pekan kedepan kami akan menunggu usulah dari masing-masing pemilik suara terkait calon yang akan diusung di Kongres Pemilihan," kata Ketua Komite Pemilihan Harbiansyah Hanafiah.
Menurut dia, tugas dari Komite Pemilihan adalah melaksanaan amanat kongres mulai penjaringan calon, verifikasi calon hingga memutuskan siapa calon yang layak untuk maju pada Kongres Pemilihan Pengurus PSSI periode 2011-2015.
Jika hasil keputusan dari Komite Pemilihan tidak bisa diterima oleh bakal calon yang diajukan diri, maka semuanya bisa mengajukan banding ke Komite Banding Pemilihan yang telah ditetapkan. Selanjutnya komite tersebut yang akan menentukan lolos tidaknya bakal calon yang diajukan pemilik suara.
"Tahapan kongres tidak ada perubahan dengan tahapan yang dilakukan oleh PSSI. Yang jelas meski mengambil alih pelaksanaan kongres di Pekanbaru, kami tetap mengakui PSSI dibawah pimpinan Nurdin Halid," kata Usman Pakaubun yang juga sebagai Sekum Pengprov PSSI Papua itu.
Seluruh pemilik suara yang menggelar kongres tanpa kehadiran petinggi PSSI itu, kata dia, telah bertekad untuk melakukan perubahan mendasar dalam tubuh asosiasi sepak bola Indonesia dengan tanpa melibatkan pengurus PSSI saat ini.
Pemilik suara yang menginginkan perubahn dalam tubuh PSSI berasal dari pengurus provinsi (pengprov) PSSI, klub Indonesia Super League (ISL), Divisi Utama, Divisi I hingga Divisi III.
Perjuangan Keras
Kongres PSSI di Pekanbaru bisa dikatakan berbeda dengan kongres-kongres yang dilaksanakan sebelumnya. Dalam kongres ini dalam pelaksanaannya terlihat menegangkan karena lokasi dijaga ketat oleh aparat keamanan termasuk TNI.
Pemilik suara sahpun untuk masuk kedalam lokasi kongres di Hotel Premiere membutuhkan kerja keras karena pintunya masih tertutup rapat sehingga harus didobrak. Setelah pintu terbuka mayoritas pemilik suara masuk keruangan namun didalamnya tidak ada satupun pengurus PSSI yang terlibat dalam kepanitian kongres.
Mereka yang mengklaim memiliki hak suara langsung mencari namanya yang telah disiapkan. Setelah menunggu sekitar 20 menit dan tidak ada tanda-tanda kepanitian kongres tiba di ruangan akhirnya pemilik suara itu mengambil alih pelaksanaannya.
Mekanismenya pun tidak asal ambil alih. Sebelum kongres dimulai terjadi penyerahan pelaksanaan kongres dari EXCO PSSI dalam hal ini Bernard Limbong kepada perwakilan pemilih suara sah guna melanjutkan pelaksanaan kongres.
"Ini bukan kudeta, melainkan mengambil alih pelaksanaan kongres dari kepanitiannya sebelumnya. Kami adalah pemilik suara yang sah dan berhak menentukan langkah kedepan PSSI," kata Usman Pakaubun yang selanjutkan oleh pemilik suara ditetapkan sebagai pimpinan sidang.
Sidang kongres pun terus berjalan meski tanpa petinggi PSSI. Pemilik suara yang menguasai lokasi kongres langsung menjalankan semua agenda dengan cepat. Hal tersebut dilakukan karena ada batasan pelaksanaan kongres dari aparat keamanan.
Jika sebelum ada pengambilalihan kongres dari PSSI ke pemilik suara, kongres dilakukan hingga pukul 24.00 WIB, setelah ada pengambilalihan waktunya dibatasi hingga pukul 23.00 WIB.
Meski ada batasan waktu semua tahapan kongres dilalui dengan baik. Seluruh pemilik suara yang menginginkan perubahan di tubuh PSSI langsung mendukung semua keputusan yang dihasilkan dalam kongres.
"Kami telah sepakat mendukung perubahan. Siapapun yang akan memimpin PSSI kami akan mendukung asal bukan Nurdin Halid," kata manager klub Persiwa Wamena, Jhon Banua saat dikonfirmai.
PSSI Melawan
Pendobrakan pintu lokasi kongres dan pengambilalihan kongres oleh pemilik suara sah ternyata tidak membuat gentar PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin Halid. Melihat kondisi yang diklaim tidak kondusif dan mengancam keselamatan jiwa PSSI langsung melakukan rapat darurat.
Rapat darurat sendiri dilakukan oleh seluruh jajaran pengurus PSSI, anggota EXCO PSSI serta perwakilan dari FIFA dan AFC yang dijadwalkan akan memantau langsung pelaksanaan kongres.
"Berdasarkan hasil rapat darurat kami putuskan bahwa kongres di Pekanbaru dibatalkan. Ada beberapa pertimbangan untuk membatalkan kongres. Diantaranya adalah masalah keamanan," kata Sekjen PSSI Nugraha Besoes dalam menyikapi pengambilalihan kongres oleh pemilik suara.
Nugraha menjelaskan dengan kejadian pihaknya cukup menyesalkan. Jika tidak ada campur tangan dari pihak ketiga, pihaknya optimistis pelaksanaan kongres bisa berjalan lancar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Sebetulnya seluruh pengurus PSSI termasuk ketua umum serta perwakilan dari FIFA dan AFC sudah akan berangkat menuju lokasi kongres sesuai dengan jadwal yang ada. Tetapi setelah adanya pendobrakkan pintu lokasi kongres niat itu diurungkan.
"Kejadian ini cukup menyedihkan. Kami yakin kasus ini akan ditanggapi serius oleh FIFA," katanya menambahkan.
Pria yang akrab dipanggil kang Nug itu menjelaskan dengan kejadian ini kemungkinan besar PSSI akan mendapatkan sanksi tegas dari FIFA. Namun demikian pihaknya tidak mau berandai-andai dengan sanksi apa yang bakal diterima. (B016/I015/K004)
Oleh Oleh Bayu Kuncahyo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011