Jakarta (ANTARA) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menggelar operasi kontigensi dengan sandi "Aman Nusa II" dari tingkat pusat hingga jajaran di wilayah dalam rangka antisipasi dan penanggulangan bencana alam di Tanah Air.
"Operasi Aman Nusa II hal yang rutin dilakukan Polri ketika menjelang perubahan iklim, dari musim kemarau ke hujan yang cenderung banyak menimbulkan bencana alam seperti banjir dan longsor," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono di Jakarta, Kamis.
Rusdi menjelaskan, Polri telah menyiapkan Operasi Aman Nusa II jauh sejak 2020, seperti penyiapan personel yang dikerahkan hingga peralatan yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana, seperti tenda, logistik dan kendaraan operasional.
"Jadi tinggal dilaksanakan, sekarang sudah mulai antisipasi wilayah-wilayah beberapa yang dikeluarkan kekuatannya, terus peralatannya apa itu sudah dipersiapkan dari sekarang, tinggal ada bencana Polri kerahkan semua sumber daya yang dimiliki," tutur Rusdi.
Menurut dia, bila terjadi bencana di sebuah wilayah personel Polri akan datang ke lokasi, memberikan pertolongan kepada korban bencana, mendirikan tempat pengungsian jika diperlukan, serta distribusi logistik.
"Tentunya dalam hal ini Polri tidak sendirian, kami berkoordinasi dengan pemerintah daerah, TNI tentunya," ujarnya.
Baca juga: Anggota DPR ingatkan pemda proaktif antisipasi potensi bencana
Baca juga: Pemkot Kediri perbaiki tanggul sungai antisipasi banjir
Selain penanggulangan bencana, lanjut Rusdi, Polri juga melakukan kegiatan pencegahan, dengan mengingatkan mitigasi kepada masyarakat tentang antisipasi bencana.
"Kalau pencegahan dari awal sudah, tidak hanya Polri saja, BMKG sudah mengingatkan beberapa wilayah antisipasi curah hujan tinggi karena fenomena La Nina," ucap jenderal bintang satu ini Rusdi.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memontoring terjadinya pendinginan suhu muka air laut di Samudra Pasifik ekuator sejak 10 hari (dasarian) pertama Oktober 2021 yang mencapai minus 0,61.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terjadi fenomena La Nina, karena secara teori telah melewati ambang batas 0,5 sebagai syarat terjadinya La Nina dengan intensitas lemah.
Seperti pengalaman La Nina pada 2020, terjadi peningkatan curah hujan 20-70 persen lebih tinggi dari normalnya dalam sebulan.
Baca juga: BPBD 17 kabupaten/kota di Sumsel diminta tetapkan status siaga bencana
Baca juga: Kepala BNPB minta empat provinsi waspadai dampak fenomena La Nina
Kondisi tersebut tentu semakin mengkhawatirkan terlebih lagi Indonesia saat ini memasuki musim hujan. Maka perlu diwaspadai potensi terjadinya peningkatan bencana hidrometeorologi.
Sejumlah wilayah telah terjadi bencana hidrometeorologi, seperti di Kota Batu di Jawa Timur, Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, Deli Serdang di Sumatera Utara, Aceh Selatan, banjir dan Longsor di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021