Kota Vatikan (ANTARA News/AFP/Reuters) - Paus Benediktus XVI pada Minggu menyeru pembicaraan segera secara damai di Libya, dengan mengatakan bahwa ia prihatin akan keselamatan warga di sana dan mendesak "rujuk" di seluruh Timur Tengah.

"Saya menyampaikan imbauan tulus kepada badan antarbangsa dan mereka dengan tanggung jawab politik dan militer untuk segera melakukan pembicaraan, yang akan menghentikan penggunaan senjata," katanya kepada jemaat di Vatikan.

"Saat dihadapkan dengan berita yang lebih mengemparkan dari Libya, keprihatinan saya meningkat atas keselamatan dan keamanan penduduk, seperti ketakutan saya akan keadaan, yang berkembang akibat penggunaan senjata," katanya.

"Pada saat ketegangan tertinggi, menjadi lebih mendesak untuk menggunakan setiap cara diplomatik dan mendukung tanda terlemah sekalipun dari keterbukaan dan kemauan rujuk dari semua pihak, yang terlibat," tambahnya.

Dalam pidatonya itu, Sri Paus juga menyebut kerusuhan di seluruh wilayah tersebut.

"Pikiran saya mengarah ke pihak berwenang dan warga Timur Tengah, tempat terjadi berbagai kekerasan bahwa jalan damai dan rujuk juga dapat dipilih untuk keberadaan bersama secara adil dan persaudaraan," katanya.

Sesudah gerakan tentara antarbangsa untuk memberlakukan wilayah larangan terbang di Libya, Paus pada Minggu lalu mendesak pemimpin dunia menjamin keselamatan rakyat Libya dan menjamin bantuan kemanusiaan.

Harian resmi Vatikan "Osservatore Romano" sebelumnya menyatakan Prancis tergesa-gesa melancarkan gerakan tentara terhadap pemimpin Libya Moamer Gaddafi dan mengatakan terdapat "kebingungan besar" dalam siasat.

Pendeta utama Gereja Katolik di Libya, Giovanni Innocenzo Martinelli, pada pekan lalu menyatakan pemberontakan itu adalah "pemberontakan angkatan".

"Bahkan jika keadaan ekonomi di Libya tidak merupakan salah satu yang terburuk, kaum muda mencari harapan pada masa mendatang," kata Martinelli seperti dikutip kantor berita keagamaan Misna, yang melaporkan tentang dunia berkembang.

"Ada penekanan terhadap pengunjuk rasa, tapi harus dikatakan bahwa unjuk rasa itu juga sangat meledak-ledak," kata Martinelli.

Ia mengatakan masyarakat keagamaan di negara itu "menghadapi masa sulit keguncangan, karena jumlah tinggi orang luka dan adegan mengenaskan".

Sebelumnya, pada Minggu, Paus Jerman itu mengunjungi loka pembantaian Nazi di dekat Roma, tempat 335 orang Italia, termasuk warga Katolik dan Yahudi, terbunuh pada 1944.

Ia menyatakan pembunuhan itu "pelanggaran sangat berat terhadap Tuhan" dan mengutuk "kejahatan paling menghebohkan" tersebut dan "kekerasan buta" di belakang pembantaian itu.

Benediktus kemudian membacakan surat tulisan salah satu korban, yang ditemukan di tempat itu, saat orang tersebut berdoa untuk orang Yahudi diselamatkan dari penganiayaan.

Ia mengatakan pesan itu membawa "kemungkinan masa depan berbeda, bebas dari kebencian dan balas dendam. Masa depan kebebasan dan persaudaraan".

"Dari mana pun asalnya, manusia adalah anak Bapa di surga. Ia saudara semua orang dalam kemanusiaan," kata Paus.

Angkatan bersenjata negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris, menembaki pasukan setia pada Gaddafi untuk "mencegah banjir darah lebih lanjut" dalam penumpasan keras pemimpin Libya itu atas pemberontakan tersebut.

Ribuan orang tewas dalam pemberontakan itu, kata perkiraan Barat.(*)

(Uu.B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011