Jakarta (ANTARA) - Di tengah meningkatnya literasi finansial masyarakat, salah satu yang menjadi topik hangat adalah mengenai kesadaran akan pentingnya perencanaan terhadap dana darurat, khususnya pada masa pandemi COVID-19 saat ini.
Dana darurat merupakan alokasi uang yang digunakan untuk keperluan di saat keadaan genting yang tidak dapat diprediksi, baik disebabkan oleh bencana atau hal lain yang bisa menganggu arus kas dalam perencanaan keuangan kita.
Dengan demikian, dana darurat merupakan salah satu pos wajib di dalam kehidupan kita, pasalnya dana darurat akan menjadi sumber dana dalam menghadapi kondisi yang tidak terduga seperti biaya hidup selama mencari pekerjaan baru setelah terkena PHK, biaya pengobatan, biaya perawatan pasca kecelakaan, ataupun kondisi lainnya.
Buat kamu yang belum memiliki ataupun merencanakan dana darurat, Lifepal sebagai salah satu penyedia pilihan asuransi terbesar di tanah air, membagikan lima alasan kenapa harus memiliki dana darurat sejak dini.
Apa saja alasannya? Yuk simak dibawah ini:
Pertama, Membiayai kebutuhan saat mendesak
Kebutuhan mendesak bisa datang kapan saja, misalnya pada saat pandemi seperti sekarang kebutuhan mendesak bisa jadi diperlukan untuk membiayai penanganan kesehatan ataupun menjadi pengganti pendapatan yang hilang.
Pada masa di luar pandemi pun, kemungkinan kebutuhan mendesak pun tidak akan hilang. Oleh karena itu dengan adanya dana darurat, kamu bisa segera membiayai kebutuhan tersebut tanpa pusing.
Kedua, Mencegah utang
Dana darurat yang kamu miliki dapat membantumu dalam mencegah atau menambah utang, sehingga kamu tidak perlu lagi repot meminjam uang guna memenuhi kebutuhan karena ekonomi yang sulit.
Dengan tidak menambahnya utang, artinya kamu bisa terbebas dari kewajiban membayar bunga utang yang tentunya bisa memangkas besar pendapatan sehari-hari.
Khususnya pada masa pandemi, adanya pengaturan dana darurat juga bisa menutup lubang kekurangan pendapatan Anda apabila terkena pemotongan gaji ataupun PHK.
Ketiga, Mencegah belanja konsumtif
Memiliki pengaturan dana darurat ternyata bisa mengurangi kebiasaan berbelanja dari barang-barang atau jasa konsumtif.
Pasalnya, kamu akan mengalokasikan sejumlah dana untuk dialihkan ke rekening dana darurat alih-alih membelanjakannya untuk barang-barang yang di luar keperluan.
Dengan kata lain, pengaturan alokasi dana darurat mampu menjauhkan uang dari jangkauanmu untuk digunakan pada hal-hal yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan utama.
Keempat, Dana masa depan menjadi lebih aman
Kepemilikan dana darurat bisa membuatmu mengamankan harta jika ada kebutuhan mendesak yang perlu ditangani.
Adanya dana darurat tidak dipungkiri bisa melindungi tabungan pensiun ataupun anggaran yang telah kamu untuk cita-cita di masa depan agar tidak terpakai jika ada kondisi mendesak.
Kelima, Pikiran jadi lebih tenang
Bagian terpenting dari dana darurat yaitu bisa memberikanmu ketenangan pikiran ekstra.
Dana darurat yang solid dapat meyakinkanmu untuk dapat mengelola pengeluaran yang tidak terduga dan karenanya fokus pada pekerjaanmu saat ini.
Selain itu, kamu juga dapat lebih fokus dalam meningkatkan kualitas pada bidang kehidupan lain sehingga mampu semakin meminimalkan tekanan finansial.
Besaran dana darurat
Sebelum mempersiapkan dana darurat, apakah kamu sudah mengetahui berapa besaran dana darurat yang wajib dipersiapkan sejak dini?
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perhitungan untuk berapa besaran dana yang perlu dikeluarkan untuk dana darurat adalah untuk mereka yang tidak mempunyai tanggungan adalah sebesar 3-6 kali gaji yang dimiliki.
Sementara untuk mereka yang sudah mempunyai keluarga, besar dana darurat yang dibutuhkan adalah 6-12 kali gaji yang didapat.
Contohnya, jika gaji yang didapat adalah Rp5 juta, maka dana darurat yang wajib dimiliki oleh mereka yang lajang adalah Rp15 juta - Rp30 juta sementara untuk yang sudah berkeluarga setidaknya memiliki Rp30 juta - Rp60 juta.
Tunggu dulu, gimana sih kita bisa mempersiapkan dana sebesar itu dari sekarang?
Jadi, ada beberapa strategi yang perlu disiapkan yakni mulai dengan menghitung berapa rata-rata pengeluaran bulanan untuk mendapatkan jumlah dana darurat yang tepat.
Kemudian, alokasikan sejumlah dana tetap dari penghasilan kamu, misalnya 10 persen - 20 persen dari gaji bulanan selama 10 bulan ke depan.
Selanjutnya, kamu bisa melakukan penghematan dengan memangkas pengeluaran untuk hal-hal yang tidak perlu dan terus memonitor dana tersebut.
Karena dana tersebut bersifat darurat dan kemungkinan akan dipakai sewaktu-waktu, tempat penyimpanan dana darurat harus aman, mudah diakses, serta mudah dicairkan.
Maka dari itu, dana darurat pada dasarnya tidak boleh diinvestasikan, mengingat dana investasi biasanya membutuhkan waktu dalam pencairannya.
Sebaiknya, dana darurat disimpan dalam rekening khusus yang terpisah dari rekening yang digunakan untuk keperluan sehari-hari agar pengelolaannya lebih teratur dan dijauhkan dari godaan untuk menarik dana tersebut.
Pertimbangkan pula untuk menggunakan rekening tabungan khusus yang tidak memiliki biaya administrasi bulanan atau biaya lainnya yang bisa menggerus dana darurat.
Rekomendasi instrumen menabung dana darurat Investree merekomendasikan setidaknya enam instrumen keuangan untuk menyimpan dana darurat.
Pertama, Rekening bank
Rekening bank dapat digunakan untuk menyimpan dana darurat. Namun meski mudah dicairkan, rekening bank juga memiliki kekurangan, seperti adanya biaya administrasi serta risiko inflasi.
Kedua, Tabungan rencana
Tabungan rencana atau berjangka memiliki tingkat suku bunga di atas tabungan biasa, dengan syarat setoran rutin setiap bulannya dalam jangka waktu tertentu.
Ketiga, Reksa dana pasar uang
Reksa dana pasar uang cenderung bersifat likuid karena waktu pencairannya tergolong cepat.
Keempat, Deposito
Dengan menyimpan uang di deposito Anda bisa mendapatkan imbal hasil (return) yang lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan biasa.
Namun, deposito memiliki tenor waktu tertentu yang harus ditaati dan kamu berpotensi terkena denda jika mencairkan dana sebelum tenor.
Kelima, Sukuk dan obligasi (ORI/Obligasi Ritel Indonesia)
Sukuk dan obligasi (ORI/Obligasi Ritel Indonesia) juga bersifat likuid atau mudah dicairkan.
Selain itu, ORI juga cenderung lebih aman, bebas risiko gagal bayar karena dijamin oleh negara.
Keenam, Emas
Emas juga cenderung mudah dicairkan dengan pengembalian yang ditawarkan juga cukup menggiurkan. Namun, ada pula biaya-biaya lain yang harus diperhatikan, seperti biaya cetak emas, biaya administrasi, hingga biaya sertifikat untuk emas digital.
Baca juga: Jurus agar gaji tidak numpang lewat
Baca juga: Seberapa penting dana darurat saat pandemi?
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021