Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat mengakui Presiden Alassane Outtara sebagai pemimpin sah negara Afrika barat Pantai Gading, kata Presiden Barack Obama Jumat malam.

"Pemilu tahun lalu adalah bebas dan adil," kata Obama dalam satu pesan video kepada para pemimpin dan rakyat Pantai Gading, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Dan Presiden Alassane Outtara adalah pemimpin bangsa yang terpilih secara demokratis."

Sementara itu dari Abidjan diberitakan, aksi kekerasan menewaskan 52 orang di Pantai Gading pekan lalu, menambah korban tewas tahun ini menjadi 462, kata misi PBB, Kamis, sementara orang kuat Laurent Gbagbo tetap mempertahankan kekuasaannya.

Tembakan roket dan senjata api lain menghantam daerah pinggiran Abidjan di Abobo, pangkalan Presiden Alassane Ouattara yang diakui internasional, kata para saksi mata.

Operasi PBB di Pantai Gading (UNOCI) mengatakan di wilayah barat negara itu juga dilanda kerusuhan, dengan para petempur milisi menjarah satu gudang milik badan pengungsi PBB.

Pekan lalu "penembakan dan aksi kekerasan secara membabi buta terhadap warga sipil menewaskan setidaknya 52 orang termasuk lima anak-anak dan tujuh wanita, serta belasan orang cedera," kata wakil direktur misi PBB.

"Jumlah seluruh orang yang tewas menjadi 462 sejak pertengahan Desember 2010," kata Guillaume Ngefa kepada wartawan.

Di Abobo, di mana banyak terjadi aksi kekerasan baru-baru ini menjadi pusat bentrokan senjata, dan seorang penduduk kepada AFP mengatakan ia mendengar suara tembakan senjata berat, roket-roket dan senjata api lainnya dekat lokasi itu.

Ia hanya melihat para anggota Pasukan Pertahanan dan Keamanan (FDS) yang pro Gdagbo, tambahnya.

Pasukan pro Ouattara dalam pekan-pekan belakangan ini terlibat bentrokan senjata dengan pasukan yang setia pada Gbagbo ketika mereka berusaha memasuki pangkalan milisi Ouattara di Abobo.

PBB, Kamis memperingatkan pasukan Gbagbo dan milisi lokal yang mendukung Ouattara bahwa "serangan dengan sengaja dan tanpa pandang bulu atau serangan sistematis terhadap penduduk sipil dapat merupakan kejahatan terhadap kemanusian."

Ngefa mengatakan penduduk ibu kota bisnis Abidjan "terus mengungsi meninggalkan tempat-tempat tinggal mereka akibat aksi kekerasan itu dan tidak adanya akses pangan dan obat-obatan."
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011