Jakarta (ANTARA) - Universal Robots pada hari ini memulai acara "Collaborative APAC – Cobot Expo 2021" yang mempertemukan para tokoh teknologi otomasi di Asia Pasifik secara virtual, guna membahas tantangan bisnis dan masalah tenaga kerja.
Cobot Expo 2021 memberikan gambaran bahwa cobot (collaborative robot) memiliki sifat kolaboratif yang dirancang untuk bekerja bersama para karyawan, sehingga mendatangkan manfaat gabungan antara manusia dan robot pada bisnis manufaktur.
Presiden Universal Robots, Kim Povlsen dalam acara tersebut menjelaskan peluang "Refining Automation" dan memberdayakan tenaga kerja digital di masa depan.
"Ketika perusahaan bergerak menuju masa new normal, kami menyaksikan tantangan rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja yang disebabkan oleh angkatan kerja yang menua dan pilihan karir yang berbeda," kata dia dalam siaran pers Selasa.
"Orang-orang mulai mempertanyakan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh manusia. Banyak pekerjaan di bidang manufaktur, perakitan, dan pemrosesan melibatkan pekerjaan yang membosankan, kotor, dan berbahaya," katanya, kemudian menjelaskan bahwa otomatisasi kolaboratif membuat tren bagi orang untuk naik ke pekerjaan yang lebih menarik.
"Dengan implementasi robot kolaboratif, seseorang kini dapat menjadi operator cobot yang ahli," kata dia.
Baca juga: Amazon kenalkan robot asisten rumah "Astro"
Baca juga: NASA akan kirim robot penjelajah es ke Kutub Selatan Bulan
Povlsen mengatakan, seorang pekerja dapat menugaskan "rekan kerja" mereka dengan tugas yang berulang, sementara pekerja itu sendiri dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan strategi inovatif dan menemukan solusi untuk tantangan bisnis dengan kreativitas dan keterampilan pemecahan masalah mereka.
"Perubahan itu mengarah pada kepuasan kerja yang lebih besar dan kemajuan karir. Di Universal Robots, kami berharap seseorang dapat bekerja dengan robot daripada diperlakukan seperti robot,” kata Kim Povlsen.
James McKew, Direktur Regional Asia Pasifik, Universal Robots, dalam pidato pembukaannya pada diskusi panel tersebut, berbagi kisah mengenai implementasi otomasi kolaboratif yang sukses di Asia Pasifik.
"Berbicara dari perspektif kawasan Asia Pasifik, mengoperasikan sebuah pabrik telah menjadi suatu tantangan karena tenaga kerja yang menua, seperti apa yang telah disebutkan oleh Kim sebelumnya," kata dia.
Ia mengatakan, kini produsen harus menghadapi transisi yang disebabkan gangguan rantai pasok dan kekurangan bahan yang tiba-tiba terjadi karena pandemi COVID-19. Dengan demikian, diperlukan solusi untuk produsen guna menyelesaikan masalah tenaga kerja tersebut.
"Dengan semua manfaat yang dapat ditawarkan cobot seperti fleksibilitas dan tapaknya yang kecil, pemilik bisnis dan produsen menyadari bahwa mereka dapat tetap menjadi kompetitif di pasar. Ini memungkinkan lebih banyak aktivitas dalam otomatisasi kolaboratif dan bahkan membawa kembali bisnis yang sebelumnya berada di luar negeri," kata McKew.
Peluang otomatisasi kolaboratif
Otomasi lebih dari sekadar memiliki robot pada seluruh industri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Saat ini, otomatisasi kolaboratif menawarkan peluang besar bagi bisnis yang siap untuk menerima tren yang berubah dan gelombang otomatisasi.
Mulai dari keuntungan finansial hingga penciptaan lapangan kerja baru, cobot akan mendapatkan tempat dalam industri robotika.
"Sebagai pelopor di pasar robot kolaboratif dengan lebih dari 50.000 cobot terjual, kami percaya bahwa cobot telah menjadi pendamping yang sempurna bagi operator manusia. Dengan lebih dari 10 juta tugas yang saat ini dilakukan oleh manusia, kami memperkirakan pertumbuhan cobot akan meningkat secara eksponensial," kata Povlsen.
"Ada peluang besar untuk membantu bisnis menciptakan pekerjaan yang lebih berarti dan lebih mempercepat gelombang otomatisasi,” jelas Povlsen.
McKew menambahkan, saat ini perusahaan-perusahaan di berbagai negara mulai mencari solusi untuk melindungi karyawan sambil mempertahankan kelangsungan bisnis. Ia mengambil Singapura sebagai contoh.
"Singapura memahami perlunya beradaptasi dengan new normal ini. Hal ini menciptakan peluang untuk integrasi robot kolaboratif. Ke depan, cobot akan menjadi alat yang gesit untuk aktivitas reshoring, yang selanjutnya mendorong aplikasi kolaboratif di pasar ASEAN,” tutup McKew.
Baca juga: Otten Coffee hadirkan robot barista
Baca juga: 136 tim robot perebutkan juara nasional KRI 2021
Baca juga: Panitia Olimpiade Musim Dingin kerahkan robot di semua arena
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021