Lihatlah Afghanistan, Somalia, Yaman, Iraq, Suriah, dan banyak negara Muslim lain yang hancur dan tak kunjung maju setelah disusupi ideologi jihad ala wahabi

Jakarta (ANTARA) - Ikatan Alumni Syam Indonesia (Al Syami) melepas keberangkatan 31 mahasiswa yang akan menempuh studi S1 di Universitas Bilad Syam cabang Mujamma' Syeikh Ahmad Kaftaro Damaskus Suriah pada Selasa (9/11).

Keberangkatan rombongan ini akan didampingi langsung oleh Ketua Umum Al Syami KH. Ahmad Fathir Hambali dan Sekjen H. M. Nailur Rochman, berdasarkan keterangan dari Ikatan Alumni Syam Indonesia yang diterima di Jakarta, Selasa.

Beberapa pejabat penting hadir dalam acara tersebut, di antaranya Duta Besar Republik Arab Suriah Dr. Abd. Mun'im Annan, Konsuler kedutaan Mr. Nahid, Ka. Densus 88 Irjen Pol. Marthinus Hukom, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI Dr. M. Ali Ramdhani dan Deputi II Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT yang diwakili Kombes Alexander Sabar.

Dalam pertemuan tersebut, ketua umum Al Syami KH. Ahmad Fathir Hambali menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Suriah karena Al Syami telah dipercaya untuk melakukan seleksi dan memberangkatkan mahasiswa untuk belajar di Damaskus Suriah.

Baca juga: Said Aqil: NU lahir dengan prinsip Islam moderat dan toleran

Tahun 2021, ada 62 pelajar yang diberangkatkan, 31 pelajar masuk program Ma'had Syam Ad Dauly dan 31 pelajar masuk program S-1 di Mujamma' Syekh Ahmad Kaftaro.

Gus Fathir menjelaskan bahwa dikirimnya para mahasiswa ke Suriah adalah untuk belajar Islam dari para ulama moderat.

Karena menurutnya, seorang mukmin adalah seseorang yang membuat orang lain merasa aman, terlindungi jiwa dan hartanya.

Dubes Suriah begitu kagum dengan Islam yang berkembang di Indonesia, karena adanya relasi agama dan negara yang baik, agama dan modernisasi yang berjalan serasi dan saling membangun, bukan saling menghancurkan.

Beliau menyampaikan bahwa Islam hari ini menghadapi tantangan yang cukup besar. Islam adalah agama yang membangun, tapi ada sebagian orang Muslim yang justru merobohkan bangunan tersebut.

Baca juga: Uhamka gelar konferensi Islam moderat internasional

Dubes Suriah mengingatkan agar kaum Muslim berhati-hati dengan kelompok salafi wahabi, karena di mana mereka masuk suatu negara, negara itu hancur.

"Lihatlah Afghanistan, Somalia, Yaman, Iraq, Suriah, dan banyak negara Muslim lain yang hancur dan tak kunjung maju setelah disusupi ideologi jihad ala wahabi" tambahnya.

Beliau berpesan agar para mahasiswa kelak bisa tetap menjaga Islam sekaligus menjaga negaranya dengan baik.

"Sejauh saya bertugas di berbagai negara, saya tidak menemukan Islam sebagaimana yang saya temukan di Indonesia. Inilah Islam!" imbuhnya.

Dubes Suriah Abd Mun'im juga mengapresiasi pemerintah Indonesia yang mampu menjaga agama dengan baik, sekaligus mampu mengelola sumber daya alam, melibatkan anak-anak muda dalam pembangunan serta mewujudkan pembangunan infrastruktur yang begitu pesat.

"Cintailah negara kalian, jangan biarkan negara ini dirusak!" tegasnya.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI menambahkan bahwa Indonesia adalah negara bineka yang harus dijaga keberagamannya karena agama bertugas untuk merukunkan banyak orang.

Eskalasi konflik antaranak bangsa harus dihindari karena itu akan menghambat pembangunan sebuah negara, apalagi Indonesia saat ini telah masuk dalam G-20.

Ka. Densus 88 Irjen Pol. Martinus juga turut memberi pesan kepada para mahasiswa agar mereka mempelajari 3 hal di Suriah: ilmu agama, sejarah peradaban dunia dan pelajaran berharga dari konflik Suriah. Beliau berharap bahwa mereka yang saat ini akan berangkat kuliah ke Damaskus adalah calon tokoh-tokoh besar masa depan, yang mampu menjaga Islam dan Indonesia.

Dalam acara tersebut, hadir pula Kasie. Kurikulum Subdit Pendidikan Diniyyah dan Ma'had Aly Kemenag RI Drs. Ahmad Rusdi, M.Pd.I serta beberapa Pengurus Pusat dan Wilayah Ikatan Alumni Syam Indonesia.

Baca juga: Menag anggap AICIS miniatur kajian Islam Indonesia yang moderat

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021