"Sektor konsumer cukup menarik, apalagi setelah terjadi apresiasi pada saham-saham sektor komoditas dan pertambangan, ketahanan ekonomi terhadap inflasi juga masih cukup kuat meski harga bahan pangan melonjak," ujarnya di sela-sela seminar Dinamika Pasar Modal Indonesia di Jakarta, Rabu.
Haryajid Ramelan menjelaskan, meski terdapat kekhawatiran akan terjadinya inflasi yang didorong oleh peningkatan harga pangan dunia akibat kondisi cuaca yang ekstrem, saham sektor konsumer diperkirakan masih tetap akan dikoleksi para investor.
Selain sektor konsumer, kata dia, saham-saham perusahaan baja seperti Krakatau Steel dan Jaya Pari Steel diperkirakan juga akan menjadi alternatif investasi pelaku padar ditengah terjadinya pelemahan saham-saham sektor komoditas dan tambang tersebut.
Sementara itu, Head of Business Development PT Dhanawibawa Securities Krishna Dwi Setiawan, mengatakan, pelemahan saham sektor pertambangan terutama saham-saham perusahaan tambang batu bara pasca-bencana gempa di Jepang diperkirakan hanya akan berlangsung sementara.
Selain itu, kata dia, jumlah ekspor perusahaan batu bara Indonesia ke Jepang juga tidak terlalu signifikan.
"Demand batu bara mungkin untuk sementara akan melemah, begitu pula dengan sektor migas akibat adanya krisis di Libya. Tapi, ke depannya setelah masa krisis berakhir, permintaan akan komoditas tersebut diperkirakan semakin besar," ujarnya.
Ia menambahkan, sektor properti juga masih tetap memiliki prospek yang bagus meski terdapat ekspektasi kenaikan suku bunga untuk mengantisipasi terjadinya inflasi.
"Perusahaan properti akan tetap menjaga marjin dari penjualan properti. Terutama di Jakarta yang jumlah land bank-nya semakin sedikit dan harganya terus meningkat," katanya. (ZMF/A023/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011