"Agresi militer itu sama sekali tidak bisa diterima karena bukan memecahkan masalah tapi malahan menimbulkan persoalan baru dan warga sipil yang menanggung akibatnya," kata Syeikh Tayeb kepada wartawan di Kairo, Rabu.
Secara terpisah, pernyataan senada juga diutarakan Pemimpin Tertinggi Gereja Koptik Mesir, Baba Shenouda III.
"Agresi militer ke Libya itu tidak berasalan sehingga harus ditentang," katanya.
Kedua tokoh kharismatik itu sebelumnya menyerukan pemerintah Libya pimpinan Muamar Gaddafi dan kelompok pro reformasi untuk melakukan dialog guna memecahkan persoalan di negara itu.
Kendati demikian, Syeikh Tayeb dan Baba Shenouda sependapat bahwa rakyat Libya berhak menuntut rezim Gaddafi untuk melakukan reformasi politik.
"Lebih dari 40 tahun rakyat Libya terkungkung di bawah bayang-bayang rezim Gaddafi, dan kini saat mereka menuntut kebebasan," ujar Shenouda.
Jaringan televisi Libya, Jamahiriyah TV, Rabu petang melaporkan sedikitnya 200 orang, umumnya warga sipil tewas dan lebih 300 orang terluka akibat serangan militer itu.
Agresi militer bersandi "Operasi Fajar Odyssey" yang dipelopori Amerika Serikat, Prancis dan Inggris ke Libya itu berlangsung sejak akhir pekan lalu atas mandat dari resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 menyangkut zona larangan terbang di Libya.
Serangan militer yang telah memasuki hari ketiga pada Rabu itu dilancarkan dari udara dan laut.
Berbagai jaringan televisi Arab melaporkan, pesawat-pesawat tempur koalisi dilaporkan telah melancarkan lebih dari 300 serangan udara dan lebih dari 200 tembakan peluru kendali jelajah dari kapal selam dan kapal tempur.
(M043/M016/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011